Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014 - The First Maestro Kompasiana

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kurang Gaul Menyebabkan Orang Berperilaku Aneh

26 Mei 2018   08:59 Diperbarui: 26 Mei 2018   09:16 1429
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokumentasi pribadi

Kesehatan Mental Tidak Kurang Pentingnya Dengan Kesehatan Phisik

Mengutip tentang kriteria sehat menurut WHO: "Health is a state of complete physical, mental and social well-being and not merely the absence of diseases or infirmity". Yang penjabarannya, secara garis besarnya adalah:

  • sehat jasmani
  • sehat mental
  • sejahtera
  • sehat secara spiritual

Tetapi karena bukan dalam kapasitas membahas masalah kesehatan secara khusus, maka saya hanya menuliskan pengalaman selama kurun waktu hampir 20 tahun berkeliling ke lebih dari 135 kota dari Sabang hingga ke Merauke. Bertemu dan bergaul dengan beragam orang dari berbagai lapisan masyarakat yang berbeda. Mendengarkan keluhan mereka dan mencoba memberikan saran saran untuk dapat keluar dari kemelut kehidupan yang sedang dihadapi.

Tidak sedikit orang yang sudah menua dalam usia yang masih produktif.  Tampil lusuh dan tanpa semangat, serta:

  • pandangan mata yang sayu
  • jalan tak bersemangat
  • tatapan yang nanar
  • pikiran yang mengambang
  • selalu gelisah dan susah tidur 
  • merasa dikucilkan dari masyarakat.

Sebagian Besar Diakibatkan Kurang Gaul

Dari hasil pembicaraan dengan puluhan ribu orang,dapat diambil kesimpulan,bahwa penyebabnya sebagian terbesar adalah kurang gaul. Mereka sudah terbiasa selama belasan tahun bahkan mungkin sejak masih kecil,hidup dalam lingkungan tertutup dan hampir tidak bersentuhan dengan masyarakat diluar komunitas mereka.

Hal ini secara tanpa sadar telah memicu rasa jenuh,menghadapi rutinitas hidup yang sama dari hari ke hari dan dari tahun ketahun. Bagi mereka kebenaran adalah apa yang diajarkan didalam lingkungan mereka. Selain daripada itu merupakan sesuatu yang dianggap tabu, walaupun tidak ada larangan tertulis.

Ada rasa gamang untuk keluar dari zona keamanan dan kenyamanan yang telah terbentuk sejak masih kanak kanak. Tidak ada yang membelenggu mereka tapi sesungguhnya mereka sudah membelenggu diri sendiri akibat tidak berani melangkah untuk bergaul dengan orang orang diluar komunitas mereka.

 Tentu saja terlalu naif bila mereka disebut sebagai orang yang mengalami mental ilness atau mengalami gangguan kejiwaan, walaupun sesungguhnya gejala yang ditunjukkan sangat mirip.

Tugas Siapa "Membebaskan" Mereka dari Belenggu ?

Mungkin orang akan menuding ini tugas pemerintah, khususnya dinas sosial. Tapi kalau kita mengacu pada kriteria hidup sehat menurut versi WHO, maka hal ini bukan semata tugas pemerintah atau dinas sosial. melainkan tugas kita semua yang merasa dirinya sehat, yakni hasrat hati untuk menolong sesama tanpa membeda bedakan.

Dan seperti kata pribahasa, "Bila ingin mengubah dunia, maka mulailah terlebih dulu dengan diri sendiri". Memanfaatkan setiap peluang yang ada untuk berkomunikasi dengan orang orang yang terkungkung hidupnya karena kurang gaul. Hal ini jangan diartikan semata  mata karena kehidupan ekonomi mereka morat marit karena "gangguan kesehatan mental" ini juga merambah orang-orang yang secara ekonomi sudah mumpuni.

Tengok saja betapa banyak orang yang hidupnya sudah mapan namun menampilkan wajah yang tidak enak dipandang mata. jauh dari keceriaan dan jauh dari kegembiraan hidup,serta menjauh dari pergaulan, kecuali ada hal hal yang akan menguntungkan dirinya.

Namun Sebelum Menolong Orang ,Tolonglah Diri Sendiri Terlebih Dulu

Setiap kali kita menumpang pesawat selalu diingatkan: "Sekiranya terjadi kekurangan oksigen, maka tolonglah terlebih dulu diri anda sebelum menolong yang lainnya" Logika sederhana, orang yang akan tenggelam, mustahil dapat menolong orang lain, sebelum ia menyelamatkan dirinya terlebih dulu.

Caranya Sangat Sederhana, Yakni

  • Hargai diri sendiri (respect to your self)
  • jaga hubungan baik (relationship)
  • perbanyak bergaul dengan masyarakat.
  • aktif berolah raga'
  • aktif dalam berbagai kegiatan sosial

Mengutip lagi sebuah kalimat indah: "Sebaik-baiknya manusia, adalah manusia yang bermanfaat bagi sesamanya" Siapa pencetusnya saya sungguh tidak tahu. Yang pasti bukan diri saya.

Semoga kita menjadi manusia yang bermanfaat sesuai dengan porsi masing masing. Kita tidak mungkin melakukan hal hal yang spektakuler tapi setidaknya dapat meringankan beban hidup orang lain dengan memberikan perhatian yang tulus.

Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun