Pengalaman Sama di Mataram
Begitu juga ketika kami ke Mataram, kami ditemani oleh Ibu Hj. Nurul, warga asli dari suku Sasak. Ternyata penerimaan teman-teman di sana sangat baik. Kami diajak ke rumah mereka dan makan bersama di meja makan keluarga. Tak setitikpun terbersit rasa perbedaan, baik dalam gestur, maupun dalam tutur kata. Baik yang tampak, maupun yang tersirat.
Melangkah ke Palangkaraya, kami diterima oleh Bu Tuti dan suaminya, Pak Suwandi. Kami disambut hangat dan kembali diajak ke rumah beliau untuk makan bersama.
Hal inilah yang mendorong kami menjelajahi hampir seluruh daerah di Nusantara untuk merajut persahabatan dalam segala macam perbedaan. Baik beda asal muasal, beda budaya, dan beda agama, yang kalau diceritakan secara keseluruhan mungkin dibutuhkan satu buku.
Tulisan ini hanya merupakan sebuah renungan diri bahwa sesungguhnya setiap orang dapat menjadi duta persahabatan, setidaknya bagi dirinya sendiri dan keluarga.
Seperti kata pribahasa: "Kalau berniat mengubah dunia, maka mulailah terlebih dulu dari diri sendiri"
Tjiptadinata Effendi