Menyimpan kebohongan dalam diri bisa menjadi sumber berbagai penyakit. Karena akibat menyembunyikan sesuatu, hati menjadi was was,jantung berdebar debar dan sering kaget tanpa alasan. Ketidakjujuran membuat orang makan tidak enak dan tidur gelisah. Tidak berani menatap lawan bicara karena mata adalah jendela jiwa. Sebaliknya kejujuran menyebabkan kita dapat menikmat hidup tentram,makan enak dan tidur nyenyak.
Apakah ada orang yang seratus persen sungguh sungguh jujur? Kalau jujur diukur dari tidak pernah berbohong, maka saya adalah orang yang pertama menjawab " tidak " sekurangnya adalah mengenai diri pribadi. Sering saya "terpaksa berbohong", misalnya ketika bertandang kerumah teman dan bertepatan mereka sedang santap siang. Menawarkan kepada saya "Sudah makan pak?Yuk, kita makan bareng."Â
Maka agar tidak mengganggu acara santap siang mereka sekeluarga, saya "terpaksa berbohong" dan mengatakan "Sudah ,saya sudah makan padahal belum." Demi untuk sopan santun dalam bertamu kerumah orang.
Suatu hari ,berada dalam lift,saking berdesakan,kaki saya terinjak oleh seorang wanita yang mengenakan sepatu dengan tumit tinggi. Lalu wanita tersebut minta maaf :"Aduh maaf ya pak,sakit ya pak" Dan saya lagi lagi "terpaksa " berbohong dengan mengatakan :"Ah nggak apa apa bu" Padahal rasanya jari kaki serasa mau patah diinjak bobot 80 kg.Â
Atau ketika di lemari es, hanya tersisa secangkir Ice Cream  dan ketika istri saya mau memberikannya kepada saya, maka saya menjawab bahwa saya sudah kenyang, karena saya tahu istri saya paling suka ice Cream. Dalam hal ini kembali saya"terpaksa " berbohong.
Jujur Dalam Arti Tidak Mengambil Hak Orang Lain
Hal ini tentu berbeda dengan kejujuran dalam arti kata tidak mengambil atau berusaha menguasai sesuatu yang sesungguhnya bukan hak kita untuk memilikinya. Pelajaran pertama tentang arti kejujuran,s aya peroleh, ketika pertama kali dan terakhir kalinya saya mencuri sepotong bambu di usia 9 tahun. Saya tidak ingat lagi apakah sudah pernah menuliskannya atau belum. Karena itu saya  tuliskan sekilas saja.
Yakni ketika musim layangan, maka saking inginnya membuat layangan, maka saya mencuri sepotong bambu dari tetangga saya dengan jalan mematahkan pagar bambu yang menjadi batas antara pekarangan rumah orang tua saya dan tetangga. Tapi ternyata bambunya sangat alot. Namun keinginan untuk membuat layangan, saya memaksa diri untuk mengerahkan seluruh tenaga untuk mematahkan bambu tersebut.
Bambu Patah.Telapak Tangan Sobek
Akhirnya bambunya patah,tapi  sembilu dari bambu tersebut, menyobek telapak tangan saya. Untuk sesaat tampak daging memutih dan kemudian darah membasahi seluruh telapak tangan. Dengan tubuh menggigil menahan rasa sakit, saya lari masuk ke dapur,dengan sepotong bambu ditangan Ibu saya sangat kaget dan buru buru menggiling bawang merah dan gula pasir. Membungkus tangan saya dan membalut dengan kaus bekas.