Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Modal Usaha Dipakai agar Anak Studi di Luar Negeri, untuk Apa?

4 Mei 2018   19:29 Diperbarui: 4 Mei 2018   21:20 880
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
foto :dokumentasi pribadi

Pindah ke Jakarta dan  Menjadi Sopir Taksi

Setidaknya ada 3 orang teman sesama bisnis yang saya temui di Jakarta sebagai sopir taksi. Menjadi sopir bukanlah pekerjaan hina, tapi dari pemilik perusahaan menjadi sopir taksi hanya karena ingin menjaga image sebagai :"orang yang mampu menyekolahkan anak di luar negeri" ternyata harus  berakhir seperti ini. Sungguh terasa amat menyakitkan.

Semoga tulisan kecil ini dapat  menjadi masukan agar jangan memaksa diri untuk ikut-ikutan. Kalau memang mampu menyekolahkan anak di luar negeri, mengapa tidak? Tapi kalau hanya sekedar tidak mau kalah gengsi, sangat disayangkan. Contoh kejadian sudah saya tuliskan, walaupun tentu tidak etis menyebutkan nama orangnya.

Traveling Keluar Negeri

Jalan jalan keluar negeri ? Tentu saja rata rata orang senang bila mendapatkan kesempatan dan didukung oleh dana ,untuk jalan jalan keluar negeri.Akan tetapi kalau kondisi keuangan  belum memungkinkan,mengapa harus memaksa diri? Menjual sawah atau  menjual kendaraan untuk hanya traveling  keluar negeri,rasanya jauh dari kearifan hidup.

Banyak orang berpikir,bahwa kami bolak balik ke Australia dan ke Italia,karena tabungan kami melimpah.Padahal tiket perjalanan kami dihadiahkan oleh anak anak kami. Ke Italia bisa tinggal  sampai sebulan,karena ada adik kami disana dan selama di Italia,kami tidak diizinkan buka dompet,krena semua ditanggung oleh adik kami .

Karena ,kalau uang tabungan yang dipakai,sesudah isi tabungan terkuras,bagaimana kami mau membiayai kebutuhan hidup kami selanjutnya?

Mundur Dari Perusahaan Juga Harus Mempersiapkan Diri

Post power syndrome bukan hanya terjadi pada pejabat, tapi bisa terjadi pada siapapun yang pernah berada di posisi empuk. Salah satunya adalah pernah menjadi pengusaha. Sejak sedini mungkin persiapkanlah diri, baik mental maupun pendanaan. Agar ketika saatnya pensiun dari dunia usaha, semua sudah kita persiapkan secermat mungkin.

Sehingga dengan demikian, memasuki usia pensiun kita dapat menikmati hari-hari dengan penuh keceriaan dan rasa syukur walaupun jauh dari sebutan kaya. Cukup itu adalah lebih daripada banyak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun