Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Cara Unik Belajar Ikhlas

10 April 2018   21:05 Diperbarui: 10 April 2018   21:16 905
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
kotak jumbo,untuk memasukan sumbangan dalam bentuk pakaian/dokumentasi pribadi

Tadi siang kami ke mall untuk berbelanja beberapa keperluan. Baru saja parkir dan turun dari kendaraan,ternyata ketemu teman sesama orang Indonesia. Walaupun parkir kendaraan di tempat yang sama, tapi tujuan kami berbeda. Karena Freddi teman saya, tampak mengambil bungkusan besar dari garase mobilnya.

Tanpa saya tanya, Freddi menjelaskan bahwa bungkusan tersebut adalah pakaiannya yang masih layak pakai, tapi sudah sempit, karena bobot tubuhnya bertambah 10 kg, sejak tinggal setahun di sini.

"Dulu saya antarkan ke tempat voluntir, yang biasa menerima sumbangan untuk dibagikan kepada orang yang membutuhkan. Tapi sambutannya kurang bagus," Kata Freddi curhat tanpa ditanya.

"Masa iya kita antarkan sumbangan, tidak langsung diterima, malahan saya harus membawa masuk sendiri bungkusan tersebut ke dalam ruangan.  Saya kecewa dan sejak saat itu, kalau ada pakaian bekas yang tidak bisa lagi saya pakai, saya antarkan ke sini dan masukkan ke dalam box ini. Di sini saya belajar ikhlas pak Effendi. Karena tidak ada yang menengok dan tidak bakalan  ada orang yang mengucapkan terima kasih."

Agak terpana saya mendengarkan, cara unik dari teman saya Freddi, belajar memberi dengan ikhlas, yakni melalui Box Jumbo, yang memang disediakan untuk menampung sumbagan dari masyarakat, khususnya berupa pakaian.

Pelajaran Berharga Bagi Saya

Hingga malam ini, masih terpikirkan oleh saya, apa yang terjadi siang tadi. Karena sejujurnya, saya termasuk tipe manusia yang baperan. Tapi saya pikir ada benarnya, apa yang dilakukan oleh Freddi.

Karena bilamana kita mengantarkan sumbangan dalam bentuk apapun kepanti asuhan atau ke panti jompo dan ternyata setelah bersusah payah mengantarkan, ternyata diterima dengan tawar saja dan yang menerima hanya mengucapkan terima kasih dalam bentuk basa basi saja. Maka dalam hati kecil,ada rasa kecewa, karena merasa apa yang kita berikan,tidak dihargai.

Padahal,dengan merasa kecewa,makna dan nilai dari sumbangan kita,sudah tercemar dan berkurang nilainya. Berarti secara tidak langsung, ketika berniat  untuk menyumbang, ada terbersit dalam hati, untuk mendapatkan ucapan terima kasih sebagai penghargaan.

Walaupun hanya berharap ucapan terima kasih, berarti pemberian kita sudah mengharapkan pamrih, yakni penghargaan dari orang yang menerimanya.

Dengan Memasukan Sumbangan Kedalam Kotak,maka pemberian kita sungguh sungguh murni ,tanpa pamrih. Karena kotak hanya benda mati,yang tidak dapat memahami apa yang terjadi ,serta tidak ada seorangpun yang melihat sumbangan kita.

Ternyata dari kejadian sepele siang tadi, saya sudah mendapatkan cara untuk berbagi secara ikhlas dan tanpa pamrih, yakni memasukan sumbangan ke dalam box yang khusus untuk itu, sehingga sudah mengerti dan memahami bahwa tidak akan pernah ada ucapan terima kasih.

Hidup memang merupakan  proses pembelajaran diri tanpa akhir

Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun