Sama Sama Orang Indonesia, Tapi Beda Negara Beda Gaya
Kalau di negeri sendiri, mengundang teman teman untuk bisa ketemu saja ,lebih sulit daripada minta sumbangan. Secara pribadi saya sudah beberapa kali mengundang teman teman untuk sekedar bisa ngobrol ,sambil makan siang di rumah makan Padang. Tapi yang datang biasanya tidak sampai setengahnya.Â
Baik di Jakarta dan dibeberapa kota di Indonesia. Malahan pernah saya memesan makanan untuk 30 orang,yang datang hanya 7 orang.Alasannya tentu saja beragam.Dari mulai kesibukan,sudah ada janji dengan teman lainnya,ada urusan keluarga dan sebagainya. Tentu saja ,orang berhak untuk tidak hadir memenuhi undangan kita.Karena undangan ,bukanlah perintah untuk hadir dari kejaksaan atau kepolisian.
Apalagi mengundang orang untuk hadir,hanya agar bisa saling kenal,jangan coba deh,kalau tidak ingin kecewa
Walaupun bukan seorang Pemerhati sosial,tapi sebagai salah satu dari makluk sosial,sengaja ataupun tidak,saya sudah memperhatikan,ternyata beda lokasi ,dapat menyebabkan orang berbeda prilaku dalam memberikan reaksi ,terhadap sebuah kejadian yang sama.Seperti  yang sudah ditulis diatas,yakni reaksi terhadap sebuah undangan.
Kemarin ada undangan lewat WA untuk bertemu di rumah Pak Lawrence.Siapakah pak Lawrence itu,kami belum pernah kenal.Begitu juga dalam daftar sekitar 30 orang yang diundang,yang kami kenal hanya 4 orang,yakni ibu Sita Gigi,Bu Ninnie Syahrir dan Pak Lim Eka Setiawan dan bu Diah Romlah yang sudah menjadi teman kami sejak 5 tahun lalu,bersama almarhum suaminya.
Ternyata ,sangat surprise mendapatkan reaksi dari para undangan,Ada yang spontan mau bawa cendol hijau, es duren,Kredok,Mie goreng,ayam goreng,cap cay dan rendang Padang,tanpa ada yang memberikan komando dan tidak ada yang menyarankan.Semua secara spontan berlangsung.
Suasana Yang Sudah Sangat Langka di Negeri Sendiri
Kami tiba di kediaman Pak Lawrence lebih awal,karena kuatir nyasar kemana mana,Pak Lim,yang juga datang lebih awal dan kemudian menyusul istri bu Christin , Begitu memasuki pintu rumah,disambut dengan hangat oleh Pak Lawrence yang masih muda dan ganteng..Yang 2 tahun tinggal di Belanda. Ada pak Ryan,suami dari bu Sita,yang berdarah campuran Belanda,bertubuh tegap,namun juga sangat ramah. Bu Rosita,Bu Ellan ,asal Padang, Ada bu Laksmi,yang mantan staf di kedutaan RI di Hongkong, Bu Atty.Bu Ninnie dan pak Syahrir.Ada pak William,yang juga pernah ketemu sewaktu acara 17 Agustusan ,Yenny dan bu Yennifer dan pak Gio,Pak Andriyanto. bu Liem Tjun Siang,yang sudah berusia 84 tahun,,serta banyak lagi yang mohon maaf,saya tidak ingat semuanya.Â
Semuanya larut dalam suasana persahabatan. Padahal disana berkumpul orang Indonesia dari berbagai latar belakang, Orang Padang,Jawa,Manado,Makasar, Sunda, Palembang, Medan dan seterusnya. Beragam latar belakang sosial dan agama,namun hampir seluruh yang di undang hadir,Padahal jarak rumah Pak Lawrence ,lumayan jauh ..Kami butuh waktu hampir 1,5 jam untuk bisa tiba disini,dengan memanfaaatkan GPS.
Beberapa saat,pikiran saya menerawang ke tanah air sendiri.Agaknya momentum seperti  ini,sudah sangat langka ditemukan .Alangkah indahnya ,bila suatu waktu kelak,suasana seperti ini,dapat dirasakan di negeri sendiri. Mungkinkah impian ini dapat terujud suatu waktu?
Time will be the witness. Waktu jualah yang akan menjadi saksi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H