Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014 - The First Maestro Kompasiana

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jangan Sampai Kita Salah Memilih Jalan Hidup

31 Januari 2018   08:12 Diperbarui: 31 Januari 2018   08:34 3007
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: depositphotos.com

Ada orang yang memiliki prinsip bahwa hidup itu tidak perlu neko-neko, jadi terima apa adanya saja, biarkan hidup mengalir seperti air.

Pengertian "biarkan hidup mengalir seperti air" memiliki arti yang dalam, karena di dalam falsafah ini terkandung arah dan pedoman hidup yang akan dilalui. Tentu saja bukanlah hak kita untuk mengritisasinya karena setiap orang diberikan kebebasan untuk memilih jalan hidupnya masing-masing.

Sekali Salah Arah Sangat Sulit untuk Kembali Lagi

Orang dengan bebas boleh memilih antara hidup dengan mengikuti arus atau hidup melawan arus. Yang pasti kita harus memilih salah satu dari antara kedua falsafah hidup ini. Tidak mungkin kita memilih keduanya atau berada diantara keduanya, karena itu kita  harus memilih .

Sifat alami air adalah mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah. Tengok saja ketika banjir melanda, saat air menyusut, pasti bukan ke atas, tapi mengalir masuk ke dalam selokan dan kemudian bersama dengan segala macam sampah hanyut menuju ke laut.

Memilih Jalan Hidup

Kendati tidak pernah diajarkan di sekolah, tetapi setiap orang tahu bahwa hidup cuma sekali. Tidak ada yang pasti di dunia ini, kecuali satu yaitu setiap makluk hidup suatu saat akan mati. Di bangku sekolah kita belajar ilmu pengetahuan. Kita belajar dari orang pintar yang kita panggil guru. 

Dari sejak Taman Kanak-kanak hingga ke bangku Universitas kita belajar menimba berbagai ilmu pengetahuan. Tetapi ilmu pengetahuan yang tidak dilengkapi dengan ilmu kearifan hidup akan menjadi sia-sia, bahkan tidak jarang menjadi bumerang dan menghancurkan diri sendiri dan orang lain.

Karena itu kita harus belajar di ruang lingkup lain yang bernama Universitas Kehidupan yang bersifat multidimensial. 

Di sini kita bisa belajar kapan saja dan di mana saja, dari setiap kejadian alam. Bahkan dari kejadian yang kelihatan kecil dan sepele, namun bisa kita petik pesan moral yang terkandung di dalamnya untuk diterapkan guna mengubah hidup kita menjadi lebih baik.

Yang Berkilauan Belum Tentu Intan, Bisa Jadi Cuma Sepotong Kaca

Banyak orang yang tergoda akan sesuatu yang berkilauan.Menghalalkan segala cara untuk mendapatkannya, Tapi setelah diperoleh ternyata yang berkilauan tadi bukanlah Intan melainkan hanya sepotong kaca. 

Apa yang terlihat sebagai madu, boleh jadi racun bagi diri kita. Godaan akan ada sampai akhir hayat kita. Tidak memiliah miskin ataupun kaya, tua atau muda. Disitulah sikap mental dan marwah diri kita dipertaruhkan.

Tidak Ada Ujian Susulan

Kalau dibangku kuliah, ada mahasiswa yang tidak lulus, masih ada kesempatan lagi untuk mengikuti ujian susulan. Akan tetapi dalam ujian hidup, orang tidak akan mendapatkan kesempatan untuk kedua kalinya karena hidup cuma sekali.

Maka tidak ada pilihan lain, yakni "harus lulus". Disinilah letaknya tanggung jawab pribadi kita terhadap karunia hidup yang diberikan kepada kita agar memaknainya secara maksimal, bahwa hak dan tanggung jawab adalah satu paket.

Ketika kita memilih jalan hidup, maka itu adalah hak kita sebagai manusia bebas. Tapi seiring dengan pilihan, maka ada tanggung jawab di pundak kita. Bukan hanya terhadap diri pribadi, tetapi juga bertanggung jawab terhadap nasib keluarga kita dan lingkungan di mana kita hidup.

Mau cari hidup yang gampang? Maka hiduplah dengan mengikuti arus. Kalau mau menjaga martabat dan harkat diri dan keluarga, maka harus berani hidup melawan arus. 

Pilihan ada ditangan kita. Meminjam kata kata bijak dalam bahasa Inggris "The choise is yours, but your choise is your life." yang dapat diterjemahkan secara bebas "Pilihan ada ditangan anda, tapi jangan lupa apa yang dipilih akan menjadi hidup anda."

Salah membajak sawah,akan rusak padi semusim, salah memilih jalan hidup akan jadi penyesalan seumur hidup

Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun