Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mendidik Anak agar Jangan Miskin Budi

29 Januari 2018   20:47 Diperbarui: 7 Februari 2018   22:32 933
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Shutterstock

Tentu tak elok,bila kita mengeneralir bahwa semua orang berilmu dan terpelajar,berprilaku tidak baik.Akan tetapi ,sekedar merujuk pada fakta, bahwa ketinggian ilmu,baik ilmu duniawi,maupun ilmu akhirat, tak ada artinya.bila tidak disertai dengan keluhuran budi. Karena bila terlanjur terjebak dalam kondisi ini,maka kepintaran yang sesungguhnya merupakan hal yang patut disyukuri,,ternyata telah ber metamorfosa menjadi kecerdikan searah.

Apa Gunanya Kaya Ilmu Pengetahuan tapi Miskin  Budi?

Mengajarkan tentang kebaikan,tentang budi luhur dan mengingatkan orang tentang akhirat.Tapi mendadak  lupa ingatan dan melakukan justru hal hal yang  bertentangan, yakni tentang harkat manusia yang berbudi luhur.

Sungguh sangat sulit dipercayai,tapi ternyata hal tersebut adalah fakta aktual yang telah terjadi dan masih terus berlangsung. Tanpa harus menyebutkan nama nama,sudah menjadi rahasia umum,bahwa yang tertangkap basah,adalah orang orang yang menyandang gelar berlapis lapis. Tipe manusia seperti ini, telah  melakukan transformasi ,dari kepintaran menjadi : "kecerdikan", Yakni berpura pura jadi orang baik, sehingga di tokohkan oleh masyarakat. .Menunggu saat yang tepat untuk menjalankan rencananya.

Ada begitu banyak contoh contoh hidup,betapa tingginya kemampuan intelektual dan tingginya ilmu akhirat yang dikuasai,ternyata tidak mampu membuat orang menahan diri,agar jangan melakukan hal hal yang menodai marwah dan martabat manusia.Sehingga yang kaya semakin memperkaya dirinya dengan menghalalkan segala cara,sedangkan yang hidupnya senin kemis, masih berkutat kerja keras,hanya untuk dapat bertahan hidup.

Dunia Tidak Adil?

Menengok semuanya ini, paling kita hanya dapat menarik nafas panjang dan berkata: "dunia sungguh  tidak adil" Padahal dunia tidak bersalah apa apa,justru penghuninya yang telah menodai dunia ini,dengan melakukan tindakan yang sangat tidak bermoral dan memalukan,serta menista harkat umat manusia itu sendiri.

Tentu tidak pas,bila kita langsung mengambil kesimpulan: "Kalau begitu ,lebih baik manusia tanpa ilmu, tapi kaya akan budi,daripada kaya ilmu dunia akhirat,tapi miskin budi?" 

Didik Anak Sejak Dini,Jangan Jadi Orang Miskin Budi

Apapun harapan kita untuk terjadinya sebuah perubahan dalam masyarakat,selalu harus dimulai dari diri kita dan keluarga kita., Alangkah eloknya, bila sedini mungkin kita didik anak anak kita,  untuk menuntut ilmu, menjadi manusia yang cerdas dan sekaligus dituntun,agar  jangan sampai anak anak kita,terjerumus menjadi orang yang miskin budi.

Cara yang paling efektif adalah menyediakan waktu kita sebanyak mungkin untuk anak anak. Karena saat mereka masih kecil ini adalah kesempatn emas bagi orang tua untuk mendidik mereka,memahami  dan menghargai harkat dirinya. Kelak ketika mereka sudah beranjak dewasa,sudah terlambat untuk membentuk kepribadian mereka. Ibarat ranting pada pohoh,masih bisa dibengkokan kearah mana kita kehendaki,tapi bilamana suidah menjadi dahan,bila dipaksa membengkokannya,maka dahannya akan patah atau sebaliknya tangan kita yang akan patah.

Jangan Lupa,Waktu Yang Sudah Berlalu Tidak Mungkin Dapat Diraih Kembali

"Lost time ,will never found again" ,kata pribahasa didalam bahasa Inggeris,yang berarti waktu yang sudah berlalu,tidak mungkin dapat diraih kembali.Karena itu,jangan terlena dan terbuai oleh kesibukan meraup rejeki,hingga hampir tidak ada waktu lagi untuk anak anak. Semakin jarang komunikasi antar sesama anggota keluarga,secara tanpa sadar ,kita sudah menyimpan bom waktu,yang setiap saat bisa meledak. Karena anak anak yang merasa ditinggalkan ,tanpa perhatian dan kasih sayang orang tua,dalam hati mereka telah tertanam gambaran yang negatif ,terhadap orang tua mereka Karena itu,tidak mengherankan,bila ada anak yang sudah dewasa ,melawan kepada orang tuanya,karena merasa selama ini,mereka diabaikan.

Kalau terlambat ,sehingga ketinggalan kereta api,masih ada kereta api lainnya,Namun kalau terlambat mendidik anak anak,maka ketika mereka sudah dewasa,kesempatan itu tidak ada lagi.Terlambat merawat sawah,akan rusak padi semusim.Tapi terlambat mendidik anak,maka akan rusak seumur hidupnya. Dan itu adalah tanggung jawab kita sebagai orang tua.

Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun