Salah satu hobi yang  agaknya sudah mendarah daging di negeri kita ini,adalah membicarakan aib orang lain.Bukan hanya sebatas ibu ibu di pertemuan PKK atau arisan kampung, tapi sudah menular kelevel kaum intelektual.Â
Bahkan belakangan kaum pria juga sudah mulai tertular ,penyakit ganas, yang nama bekennya adalah :"gosip". Dan celakanya, malah ada media sosial yang ikut menangguk diair keruh, menyediakan ruang khusus untuk mengosipkan orang lain,secara berjilid jilid.Â
Suatu Waktu Bisa Saja Jadi Bumerang Bagi Diri Dan Keluarga Kita
Dari mulai cara berpakaian, sepatu yang digunakan, serta apa saja yang keluar dari mulut seseorang yang sedang digosipkan, dilumat habis habisan, bahkan ditambah dengan bumbu bumbu yang menyeramkan. Seakan dalam mengosipkan orang, ada kelezatan atau kepuasan diri tersendiri,bagi sebagian orang.
Gosip Bisa Berbalik Arah
Salah satu tetangga kami sewaktu masih tinggal di Padang,termasuk paling ngetop dalam hal gosip mengosip. Kalau ada penghargaan bagi pengosip teraktif,maka menurut saya. Bu Rani (bukan nama sebenarnya),sangat pantas mendapatkan piagam penghargaan tersebut. Ia tahu seluk beluk apa saja yang terjadi, bukan hanya sebatas dalam satu RT/RW, malah kejadian di RW lainpun tidak luput dari pantauan dan analisanya.Â
Tak ubahnya bagaikan wartawan gossip profesional. Pernah sekali datang bertandang kerumah kami dan  begitu duduk,langsung  mulai membuka riwayat hidup para tetangga, terutama yang ada hubungannya dengan cerita cerita miring kehidupan berumah tangga orang. Dan paling seru,ketika menceritakan ada anak gadis tetangga, baru seminggu menikah ,sudah melahirkan.
Karena kami sama sekali tidak melayaninya,maka merasa tidak seru ngomong sendirian,tanpa ada yang memberikan  perhatian,akhirnya bu Rani pamit dan tidak pernah datang lagi.
Bumerang Itu Menghantam Telak
Sekitar 2 bulan ,sejak terakhir bertandang kerumah kami, tiba tiba  orang sekampung heboh. Masalahnya putrinya,yang baru duduk di SMP,tibatiba muntah muntah di sekolah. Oleh kepala sekolah, dibawa kerumah sakit,dengan ditemani oleh 2 orang  teman sekelasnya, karena kuatir terkena muntaber.,yang lagi melanda kota Padang pada waktu itu.Â
Ternyata, menurut dokter, bukan terserang muntaber, melainkan positif hamil. Maka walaupun tidak disiarkan melalui media, dalam waktu singkat seisi kampung sudah tahu. Hal ini merupakan pukulan telak bagi Bu Rani. Dan semenjak itu. ia tidak pernah  lagi bertandang kerumah orang, Bahkan setahun kemudian pindah ke Pekanbaru.