Secara Tanpa Sadar Membangun Sekat Pemisah
Kendati sesungguhnya bahasa diplomasi merupakan santapan sehari harian dari seorang Diplomat,tapi pada kenyataannya,pemahaman tentang diplomasi bukan hak patent dari seorang diplomat. Pejabat pejabat,sejak mulai dari Lurah,camat dan seterusnya,sering menggunakan bahasa diplomasi.Â
Karena bahasa diplomasi ,bisa bermakna ganda. Misalnya,bila ada yang melaporkan tentang gangguan yang dialaminya dari seseorang atau sekelompok orang,maka biasanya pejabat akan menjawab dalam bahasa diplomasi :"Baik,laporan saudara sudah kami catat dan akan ditindak lanjuti" selesai. Pengertian :"ditindak lanjuti " bisa berarti bermacam macam.
Bisa jadi memang benar benar,nama orang yang disebut dalam laporan tersebut dipanggil untuk ditanyai,tapi boleh jadi catatan hanya untuk melengkapi  laporannya keatasan,bahwa ia sudah menampung keluhan dari masyarakat.Secara umum,kalimat diplomasi ,bersifat mengambang dan tidak jelas arahnya. Tergantung mana yang lebih menguntungkan dirinya atau institusi dimana ia mendapatkan posisi.
Diplomasi Dalam Keluarga
Ketika suami menyampaikan  kepada istrinya:" Ma,kita sudah lama tidak melakukan perjalanan bersama anak anak.Gimana kalau libur ini,kita traveling bersama?" Dan istri menjawab:" Dan istri menjawab:"Tergantung sikon lah pa." Pengertian kata :"tergantung sikon" ini bermakna ganda.Bisa jadi sikon atau situasi dan kondisi,yang dimaksudkan adalah:" Travelingnya kemana?  Kalau ke Paris,OK.Tapi kalau cuma traveling ke Bogor  atau Bandung,ya nggak usahlah. Atau kalau traveling,nginap dimana? Kalau di hotel berbintang ,Ok.Tapi kalau nginap dipenginapan,no ,way.
Atau sebalinya,ketika seorang istri mengatakan kepada suaminya:" Pa,kita sudah lama tidak menengok orang tua dikampung,gimana kalau kita kunjungi? Dan suami menjawab:" Akan papa pikirkan dulu ya ma"
Bahasa Diplomasi adalah Kepalsuan Yang Dibungkus
Bilamana kalimat kalimat diplomatis ini terus berlanjut dalam hubungan interaksi dalam rumah tangga,maka secara tidak sadar,sudah membangun sekat sekat ,yang merupakan dinding pemisah antara suami dan istri ,serta anak anak. Dalam berdiplomasi terselubung ketidak tulusan. Alangkah baiknya bila menggunakan bahasa yang tulus :"Boleh pak,kapan rencana kita berangkat? Ntar saya kasih tahu anak anak" Atau:"Boleh ma,tapi jangan bulan ini ya,papa lagi banyak kerjaan dikantor,bulan depan saja ya"
Hal Yang Tampaknya Sepele Tapi Bisa Berakibat Rusaknya Keharmonisan Rumah Tangga
Hal seperti ini,tampak sangat sepele ,tapi jangan lupa,orang bisa terjatuh bukan lantaran batu besar,tapi karena tersandung krikil kecil di jalanan.Beigu juga dalam hidup berumah tangga,hal hal yang tampaknya kecil dan sepele,lama kelamaan,dapat menciptakan "gap" antar sesama antara anggota keluarga.Â
Hubungan menjadi tawar dan berakibat lunturnya keharmonisan dalam rumah tangga.Kalau merasa diri pintarberdiplomasi ,gunakanlah dalam organisasi politik.,Jangan dipraktikan dalam hubungan kekeluargaan. Karena dalam keluarga yang dibutuhkan adalah bahasa yang tulus,bukan bahasa diplomatis.
Tjiptadinata Effendi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H