Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pria Difabel yang Tidak Takut Lagi Melawan Badai

29 November 2017   08:52 Diperbarui: 29 November 2017   09:23 532
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi pribadi


Penderitaan Sudah Menempa Pria  Ini Menjadi  Batu Karang

Malam tadi kembali saya mendapatkan email  dari Paul teman saya di Vietnam. Saya mengenalnya,sejak kunjungan kami  ke Vietnam 3 tahun lalu,di "Work Shop"khusus bagi para difabel.

Kisah tentang proses ,bagaimana mereka memanfaatkan piring  piring pecah ,hasil buangan dari pabrik ,menjadi barang seni bernilai tinggi,sudah pernah  saya tuliskan.Dan menuliskan hal yang sama berulang kali,tentu akan membosankan bagi yang membacanya.

Karena itu ,kali ini saya hanya membahasnya dari sudut humanis.Betapa seorang difabel ,mampu mengubah sudut pandang hidup saya ,dengan kalimat kalimat yang keluar dari mulutnya.Kebetulan Paul,mampu berbahasa Inggeris dengan baik.

Kalimat demi kalimat Paul,yang masih terekam dengan sangat baik dalam pikiran dan hati saya adalah :"

Our destiny is almost the same with the broken plates. So do I, we are all disable here, but by worked very hard, we can change my life, from nothing to be an artist."

Terjemahan bebas: "Begitu juga saya. Nasib kami, hampir sama dengan nasib piring piring pecah in Karena kami adalah penyandang cacat .yang mungkin dianggap orang tidak berharga.Tetapi dengan bekerja keras, kami bisa mengubah hidup kami, dari sosok yang tidak berguna, menjadi seorang Seniman."

Kembali Ketopik Tulisan

Pagi ini,kembali Paul memotivasi saya dengan kalimat demi kalimatnya:"Effendi,orang orang seperti kami ini,sangat memahami bahwa badai tidak akan pernah berlalu dalam hidup kami. Karena itu kami menempa diri,menjadi batu karang,yang tidak takut menghadapi badai lagi!"

Saya sungguh merinding membaca pesan Paul.Saya malu ,bahwa dalam kondisi phisik ,sehat lahir dan batin,sejujurnya saya mengakui,bahwa saya kalah jauh dari Paul.Berbagai masalah hidup,sering membuat saya terhenyak dan terpuruk.Tapi Paul dengan yakin diri,mengatakan :"Saya tidak takut menghadapi badai kehidupan."Bagi saya pribadi ,Paul adalah Guru ilmu kehidupan yang sesungguhnya.

Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun