kami memilih ,menikah dulu,baru punya rumah, /foto ulang tahun pernikahan emas di Jakarta,bersama Admin Kompasiana
Milih Yang Mana?
Ini pasti bukan pertanyaan dari saya pribadi,karena saya sudah menikah sejak 2 Januari,tahun 1965 atau 52 tahun lalu,dengan seorang wanita ,adik kelas saya. Yang sewaktu masih sekolah,namanya Helena,namun kini lebih dikenal dengan nama Roselina. Kami sudah menjadi Opa dan Oma dari 2 putra dan seorang puteri,serta 10 cucu dan berharap segera dapat menimang buyut kami.
Pertanyaan diatas datang dari salah seorang keponakan cucu ,via WA. Mungkin saja pertanyaan ini tidak hanya membuat hati keponakan cucu kami yang bernama  Ronald ini,menjadi galau ,tapi boleh jadi ada banyak orang lain yang merasakan hal yang sama.
Kalau Memilih Punya Rumah Terlebih Dulu
Kalau memilih punya rumah terlebih dulu,baru menikah,secara teoritis memang sangat mantap.Begitu selesai perayaan nikah,maka sang pengantin,bisa langsung  diboyong kerumah sendiri. Tidak usah numpang dirumah  orang tua atau dirumah mertua.Bisa bebas,tanpa ada halangan seperti burung burung yang tinggal disarangnya sendiri.Disana pasangan burung ini kelak bertelur dan menetaskan anak anak mereka. Rasanya belum pernah mendengarkan kisah,bahwa ada burung yang numpang tinggal disarang burung lainnya.
Tapi jangan lupa,manusia tentu tidak dapat disamakan dengan burung,Karena membuat sarang,hanya perlu waktu sehari dua hari,sedangkan membangun rumah ,tidak hanya butuh tenaga dan kerja keras,tapi juga sejumlah uang yang cukup banyak.
Teman Saya Memilih Punya Rumah  Terlebih Dulu
Teman baik kami di Padang, baru menikah ketika usianya sudah 40 tahun,karena memilih punya rumah terlebih dulu,sebelum menikah.. Pada awalnya,memang membanggakan bagi diri dan pasangan hidupnya,karena begitu selesai menikah,mereka sudah dapat langsung menempati rumah yang sudah dipersiapkan oleh teman kami yang hidupnya  sudah mapan.
Tetapi ketika putra pertama kami sudah menyelesaikan studinya ,sebagai Master of Science ,putra pertama teman kami baru duduk di bangku SMA. Dan ketika ia mulai memasukki usia pensiun,justru anak anaknya membutuhkan uang untuk biaya kuliah dan sekolah.
Kami Memilih Menikah Dulu,Rumah Belakangan
Kami memilih menikah dulu,baru kemudian bersama sama ,kami membangun rumah. Pada awalnya memang terasa sangat berat, Karena tidak ingin membebani orang tua saya dan juga tidak ingin menumpang dirumah mertua,maka kami merantau ke Medan,hanya selang seminggu setelah menikah.Tapi rencana boleh  saja muluk muluk,namun kenyataannya,tidak semudah seperti dibayangkan. Kami harus menjalani hidup ,seperti berada di padang pasir.Gersang ,tandus ,kering kerontang dan membuat kami sangat dahaga.
Tapi setelah menempuh ujian hidup selama tujuh tahun,kami bersyukur lulus dengan selamat. Diusia 65 tahun kami sudah bebas dari segala beban kewajiban terhadap anak anak kami.Mereka sudah mandiri. Dan kami berdua,seperti sepasang burung ,dapat terbang kemana saja,kami suka,tanpa ada yang menghalangi.
Hidup Adalah Sebuah Pilihan
Tulisan ini ,tidak hendak  menggiring orang untuk memilih jalan seperti jalan yang sudah kami tempuh,Melainkan semata mata memaparkan ,baik dan buruknya sebuah pilihan Karena setiap pilihan,pasti mengandung resiko Dan setiap orang harus berani mengambil resiko tersebut .Karena dalam hidup ini,yang terburuk,bukanlah orang yang gagal dalam usahanya,melainkan orang yang hidupnya terombang ambing,karena tidak berani mengambil resiko. The choice is yours. But don't forget, your choice is your life.! Pilihan ada ditangan masing masing. Namun jangan lupa,apa yang kita pilih,akan menjadi hidup kita.
Burns Beach, 21 November ,2017
Tjiptadinata Effendi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H