Kami memilih menikah dulu,baru kemudian bersama sama ,kami membangun rumah. Pada awalnya memang terasa sangat berat, Karena tidak ingin membebani orang tua saya dan juga tidak ingin menumpang dirumah mertua,maka kami merantau ke Medan,hanya selang seminggu setelah menikah.Tapi rencana boleh  saja muluk muluk,namun kenyataannya,tidak semudah seperti dibayangkan. Kami harus menjalani hidup ,seperti berada di padang pasir.Gersang ,tandus ,kering kerontang dan membuat kami sangat dahaga.
Tapi setelah menempuh ujian hidup selama tujuh tahun,kami bersyukur lulus dengan selamat. Diusia 65 tahun kami sudah bebas dari segala beban kewajiban terhadap anak anak kami.Mereka sudah mandiri. Dan kami berdua,seperti sepasang burung ,dapat terbang kemana saja,kami suka,tanpa ada yang menghalangi.
Hidup Adalah Sebuah Pilihan
Tulisan ini ,tidak hendak  menggiring orang untuk memilih jalan seperti jalan yang sudah kami tempuh,Melainkan semata mata memaparkan ,baik dan buruknya sebuah pilihan Karena setiap pilihan,pasti mengandung resiko Dan setiap orang harus berani mengambil resiko tersebut .Karena dalam hidup ini,yang terburuk,bukanlah orang yang gagal dalam usahanya,melainkan orang yang hidupnya terombang ambing,karena tidak berani mengambil resiko. The choice is yours. But don't forget, your choice is your life.! Pilihan ada ditangan masing masing. Namun jangan lupa,apa yang kita pilih,akan menjadi hidup kita.
Burns Beach, 21 November ,2017
Tjiptadinata Effendi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H