Sejujurnya, ada  keraguan dalam diri saya untuk duduk, Karena khawatir kalau terlanjur duduk dan kemudian disuruh pindah, mau saya sembunyikan di mana wajah saya yang sudah keriput ini? Tapi tidak berlama-lama berdiri bengong, saya sudah didatangi salah seorang protokoler istana dan mempersilakan saya duduk dikursi persis di samping Presiden.
Presiden yang Sangat Sederhana
Ketika mendapatkan kesempatan berbicara dengan orang nomor satu di Republik ini kentara benar kesederhaan yang ditampilkan pak Jokowi. Â Mimik wajah dan gaya bicaranya tak ubahnya bagaikan bicara dengan seorang sahahat. Tak ada batas dan tak ada sikap angkuh terpancar dari wajahnya. Dan saya tidak harus merunduk ketika berbicara. Sempat beberapa saat membicarakan masalah pribadi dan ternyata pak Jokowi pernah mengekspor mebel ke Australia.
Begitu memasukki laman Smesco Tower langsung  disandra untuk foto bersama.  Sungguh sebuah persahabatan yang tanpa sekat Baik dikarenakan perbedaan  suku, budaya, agama dan latar belakang sosial dan pendidikan. Sambutan hangat, senyuman tulus dan pelukan yang menandakan kasih sayang merupakan pemandangan yang mendominasi berbagai kegiatan di pagi ini.
Kami dijemput oleh pak Thamrin Sonata yang bersama Maria mengabarkan bahwa komunitas Kutu Buku mendapatkan tempat di ajang pertemuan akbar para Kompasianers ini. Maka kami berdua ikut bermarkas  disana sambil menyalami satu per satu teman yang datang. Ada Mas Susy, Pak Ikhson, Pak Daniel, Pak Thamrin Dahlan, Pak M. Jaya, Mas Yos Mo, Mas Ryo Kusumo, Mbak Widha, Mbak Gilang, Mbak Syira Ann, Mbak Langit Queen, Mbak Sekar, Mbak Desol,M bakFitri Manalu, Mbak Dessy, Mbak Yayat, Mbak Arum, Mbak Rahayu, Mbak Tamita, Pak Petrus, Mbak Ella bersama suami dan  bayi montoknya, Mbak Nur Hasanah, Mas isjet, Mas Nurul dan banyak lagi teman-teman lainnya.
Mendapatkan Kesempatan untuk Sharing Pengalaman Hidup
Hari tersebut merupakan hari istimewa, karena disamping bertemu dan berbincang-bincang dengan teman-teman saya mendapatkan kesempatan untuk ikut berbicara di depan forum bersama dengan Pak Budi dan Bu Wulan. Walaupun saya hanya kebagian waktu beberapa menit, namun setidaknya sudah harus bersyukur karena mendapatkan kesempatan untuk berbagi pengalaman hidup. Bagaimana dari titik nadir kehidupan, kami mampu merangkak dan bangun kembali.
Ketika Lagu Indonesia Raya  Berkumandang
Setelah belasan tahun tidak pernah lagi menyanyikan lagu Indonesia Raya bersama-sama di negeri sendiri. Pada tanggal 8 Oktober, 2016 bertepatan dengan pertemuan akbar Kompasianer yang dikemas dengan tema "Kompasianival  Berbagi", saya mendapatkan  kesempatan tersebut. Di sana semua suara terpadu menjadi satu. Suara Kompasianers yang berasal dari berbagai daerah dan berdatangan dari seluruh Nusantara. Tidak ada beda suara antara orang Padang, orang Batak, Lampung , Palembang, Riau, Jawa, Sunda, Bali, Lombok, NTT, Ambon, Dayak, Papua, Manado, Toraja, pribumi atau non pribumi. Semuanya bersama sama menyanyikan lagu Indonesia Raya.
Kompasianival 2017 Kehadiran Kami Berdua Diwakili Oleh Karangan Bunga