Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Harapan Membuat Manusia Mampu Hidup Menderita

7 Oktober 2017   19:24 Diperbarui: 7 Oktober 2017   19:51 6516
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://depositphotos.com

Harapan Adalah Kekuatan Terbesar Dalam Menghadapi Penderitaan

Orang yang putus harapan atau lazim disebutkan putus asa, dapat dikatakan sudah mati,sebelum kematian yang sesungguhnya menjemput. Karena orang yang putus asa sudah tidak lagi mau berusaha .Satu satunya keinginannya,adalah agar penderitaannya segera berakhir,yakni sebuah kematian.

Sesungguhnya setiap orang berpeluang untuk mengubah hidupnya ,agar menjadi lebih baik. Tidak peduli dari suku bangsa mana dan apapun latar belakang kehidupannya.

Masalahnya adalah tergantung pada pribadi masing masing,yakni adakah keinginan untuk mengubah nasibnya atau tidak ?. Melakukan suatu perubahan memerlukan suatu keberanian. Berani mengambil resiko. Ibarat sekeping mata uang, yang selalu memiliki dua sisi,demikian juga setiap perubahan menghadirkan :dua hal yaitu harapan dan resiko.

Hasrat hati untuk meraih cita citanya membuat orang mampu bertahan untuk hidup dalam kemiskinan dan penderitaan. Kerinduan untuk menjadikan cita cita atau impian, menjadikan seseorang tabah dalam menghadapi segala masalah kehidupan. Karena memiliki keyakinan,bahwa suatu waktu impiannya akan menjadi kenyataan. 

Tetapi antara cita cita dan terwujudnya harapan tersebut menjadi kenyataan, terdapat jarak atau rentang waktu,yang terkadang bisa singkat,bisa juga memakan waktu yang panjang. Tergantung seberapa besar hasrat hati dan usaha untuk merealisasikannya. Salah satu hal yang paling berat dirasakan adalah dalam saat saat hidup sedang dalam kondisi terpuruk. Dimana waktu serasa berhenti berputar.

Hari demi hari dijalani dengan memikul beban lahir dan batin.Hal ini bertolak belakang,bila kita dalam keadaan ceria dan gembira,dimana waktu serasa bergerak terlalu cepat. Memang cuma rasa,tapi manusia yang waras,tak akan luput dari pada merasakan jalannya hidup ini.

Demi Sebuah Harapan Manusia Mampu Bertahan

Dalam sebuah harapan terkandung unsur keyakinan. Yakin kepada Tuhan,yakin kepada diri sendiri. Yang sedang menderita sakit,yakin ia akan sembuh. Yang masih hidup dalam kemiskinan dan kemelaratan, yakin, bahwa segala penderitaannya suatu waktu akan berachir dan hidupnya berubah. Karena memiliki harapan, orang mampu menahan rasa sakit, penderitaan, hinaan dan sebagainya,karena yakin suatu waktu harapannya akan jadi kenyataan.Namun antara keyakinan dan terwujudnya suatu harapan, masih ada jurang yang harus diseberangi. Bisa singkat,bisa panjang atau bisa juga tidak pernah sampai keseberang sana.

Disinilah manusia diuji oleh alam,diuji keyakinannya, diuji kesabaran dan ketabahannya dalam masa penantian yang tidak pasti. Karena didunia ini tidak ada yang pasti,kecuali satu, yaitu bahwa setiap manusia yang dilahirkan achirnya akan kembali kepada Sang Pencipta.

Tidak peduli dari manapun asalnya, kaya raya ataupun miskin,suatu waktu semuanya akan kembali kepada Sang Pencipta Tidak jarang harapan demi harapan berguguran karena berbagai sebab. Ketika harapannya tidak terkabul, maka disinilah orang merasakan resiko dari kegagalannya. Padahal kegagalan adalah bagian dari perjalanan menuju perbaikan nasib. Orang tidak mungkin dapat meraih kesuksesan bila takut akan kegagalan.

Sikap Mental Menentukan Jalan Hidup

Hal ini amat tergantung pada mental seseorang.Sikap mental menentukan siapa kita sebenarnya. Orang sukses,bukanlah orang orang yang menyandang banyak gelar, melainkan orang orang biasa yang memiliki mental luar biasa.Bila kita sungguh sungguh ingin mengubah nasib, maka mulailah dengan mengubah cara berpikir. 

Merombak cara berpikir, dari negatif menjadi positif,akan mengubah sikap mental.Dengan mengubah sikap mental,maka langsung atau tidak langsung,akan membawa perubahan yang amat mendasar dalam diri kita.,yang akan tercetus dalam cara berpikir dan bertindak seseorang.

Kita terlalu sibuk menjalani rutinitas hidup,sehingga tidak jarang lupa akan tujuan hidup kita yang sesungguhnya. Padahal kalau kita mau meluangkan waktu untuk diri kita sendiri,maka dalam kalimat singkat tersebut terkandung konsep pemrograman pikiran atau lazim disebut dengan istilah :"mindset" yang merupakan password atau kata kunci dalam mengubah nasib kita.

Mengubah sikap mental,sangat mudah diucapkan, tapi tentunya tidak semudah itu dalam mempraktikkannya. Tidak mudah bukan berarti tidak bisa.Setiap perubahan menghantarkan kita pada dua sisi kehidupan: sukses atau gagal. Namun kegagalan terbesar dalam hidup manusia adalah tidak berani mengambil resiko.

Karena itu perlu dipahami,bahwa untuk segala sesuatu yang ingin dicapai,selalu ada harga yang harus dibayar. Baik dalam bentuk kerja keras, pengorbanan perasaan ,maupun kegagalan kegagalan. Oleh karena itu untuk meraih sebuah cita cita atau impian,maka setiap orang harus siap untuk menerima kegagalan. Karena kegagalan jembatan untuk sampai kepada tujuan yang ingin kita capai No pain, no gain!

Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun