No Picture  = Hoaks ? Perlu Pemahaman Mendalam,Sebelum Menjatuhkan Vonis
Ketika saya menuliskan tentang kisah kisah hidup yang pernah kami lalui,maka biasanya selalu disertai dengan foto foto pendukung.Umpamanay bahwa saya pernah tinggal di Pasar Tanah Kongsi di Padang,maka saya sertai dengan foto,ketika kami bernostalgia ke sana. Atau kalau saya menulis tentang perjalanan kami ke Alaska, maka foto foto kami disana,selalu menyertai artikel terposting Bukan untuk pamer diri,tapi untuk meyakinkan pembaca,bahwa memang kami sudah pernah kesana.
Atau ketika saya menuliskan  tentang sahabat kami ,Kolonel (P) TNI Bambang Suko Winarno yang Bupati 2 prode di Kerinci,namun tidak punya pompa bensin,tidak punya kebun kopi ,bahkan kendaraan yang digunakan juga kendaraan tahun 2000 an.Karena sifat tulisan adalah positif dan sudah mendapatkan izin dari yang bersangkutan,tidak menjadi masalah artikel yang ditulis,dilengkapi dengan foto dan nama asli,berserta nama istri nya.Â
Akan tetapi bila menyangkut kejadian yang akan membawa dampak negatif kepada seseorang,tentu tidaklah elok bila demi agar tulisan kita mendapatkan tempat di Headline dan jumlah pembaca yang ribuan,mengedepankan foto dari orang yang diceritakan.
Sebagai Contoh,bilamana sebuah kejadian nyata yang berdasarkan etika dan rasa kemanusiaan,tidak mungkin menampilkan foto  dan data data diri,yang dapat mengarah tentang sosok yang ada dalam tulisan kita.
Curhat Dari Sahabat Saya
Tahun lalu, dalam acara pulang kampung, saya mencoba menghubungi semua sahabat lama,yang sudah belasan ,bahkan puluhan tahun tidak bertemu. Kami sengaja menginap di Hotel Mariani ,yang lokasinya disamping gereja di Padang Sehingga kami bebas menerima tamu hingga larut malam..Padahal di Padang sesungguhnya ,adik adik dan ponakan ponakan kami sudah beberapa kali mengajak kami nginap dirumah mereka. Namun ,kami berpendapat ,di hotel teman teman lebih leluasa datang dan pergi. Tony  (bukan nama sebenarnya) ,baru datang,ketika jam mendekati pukul 10,00 malam.Â
Namun, tidak masalah,karena adik adik kami barusan pulang dari berbincang bincang dengan kami.Pada awal perjumpaan,sejujurnya saya  hampir saya tidak mengenal lagi wajah Johny, yang dulu gagah dan tegap. Kini dihadapan saya, berdiri seorang lelaki tua renta,yang seakan sudah berusia 80 tahun. Padahal usianya, lebih muda dibandingkan dengan usia saya Ketika saya memeluknya,,sangat kentara sekali,nafasnya sesak dan suaranya hampir hampir tidak terdengar.Saya biarkan Johny duduk menenangkan diri dan istri saya menyuguhkan segelas teh hangat.
Peristiwa Yang Perlu Dipetik Hikmahnya Bagi Orang Banyak
Setelah duduk sekitar 5 menit,Tony mulai membuka pembicaraan ,dengan suara yang hampir hampir tidak terdengar." Rumah tangga saya sudah brantakan Effendi" ,Kata Tony mengawali pembicaraannya.Kemudian menarik nafas panjang.Saya kaget tentunya,namun menahan diri untuk tidak memberikan komentar,yang dapat membuatnya menjadi bertambah sedih.Tony ,pada waktu muda,gagah dan cerdas,serta  menyandang beberapa gelar prestisius, Jadi pembicara dimana mana. Bahkan menurut penuturannya, diundang sampai jadi pembicara disalah satu Universitas di negara tentangga.
Suatu waktu istrinya menelpon ,menuturkan bahwa putri satu satunya terjatuh dari motor dan sedang dirawat dirumah sakit.Tony diminta segera pulang.Namun pada waktu itu .menurut penuturan Tony, ia  sudah berada di Malaysia .Karena dirinya mendapat undangan untuk menjadi pembicara disalah satu universitas di Malaysia. Ia yakin bahwa istrinya akan mampu menangani masalah putrinya.
Putri Satu Satunya Tidak Tertolong Lagi