Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Jadi Pengangguran Juga "No Problem"?

25 September 2017   07:53 Diperbarui: 25 September 2017   08:20 6251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menjadi Pengangguran Juga Ok?!

Menurut data dari BPS -Badan Pusat Statistik tahun 2017 ,lebih dari 7 juta pengangguran di Indonesia. Dari tahun ketahun lagu lama,terus diputar ulang,yakni setiap kali acara seremonial inaugurasi lulusan sarjana,maka pada saat itu,angka jumlah pengangguran terus bertambah? Alasan klise adalah :"kurangnya lapangan pekerjaan " atau dalam kalimat lain,para pekerja banyak,ladang yang mau digarap sangat kecil. 

Kalaulah lowongan pekerjaan yang sesuai dengan latar belakang pendidikan atau tidak sesuai harapan para pencari kerja,memang harus diakui. Lulusan Sarjana Ekonomi,mau bekerja asal sesuai bidangnya.Begitu juga dengan Sarjana lulusan ilmu Hukum ,Sarjana Tehnik dan seterusnya, mengharapkan mendapatkan pekerjaan sesuai dengan latar belakang pendidikannya. Tapi harapan tentunya ,harus dengan melihat kenyataan dilapangan.

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Mengapa Tidak Menciptakan Lapangan Kerja Untuk Diri Sendiri?

Rasanya pernah saya tuliskan,bahwa beberapa orang Sarjana ,yang merantau dari Sumatera utara ke Jakarta,dengan harapan mendapatkan pekerjaan di Kantor Pengacara,karena lulusan Sarjana Hukum. Tapi ternyata sudah menipis telapak sepatu,mengunjungi kantor kantor Pengacara,semua lowongan sudah terisi. Puluhan lamaran kerja juga sudah dikirimkan. Ada beberapa panggilan interview, tapi ternyata lowongan yang ditawarkan gajinya sangat minim. 

Akhirnya mereka dihadapkan pada pilihan:

  • tetap membebani orang tua dengan minta uang saku setiap bulan
  • pulang kampung dengan menahan rasa malu ,karena gagal dapat kerja di Jakarta
  • atau membuka lapangan kerja bagi diri sendiri

Maka  salah seorang yang panggilannya :"Ucok:"memilih membuka usaha Cuci Mobil .Ternyata hasil kerja kerasnya membuahkan hasil.Walaupun cuma sebagai :"Tukang Cuci Mobil" Ucok mampu hidup mandiri,bahkan bisa merekrut teman teman sekampungnya. Ini hanyalah salah satu contoh saja,bahwa sesungguhnya, lapangan kerja itu ada.tapi orang ingin yang gampang. 

Melamar masuk kerja dan setiap bulan terima gaji. Lebih banyak yang memilih menjadi pengangguran,ketimbang "merendahkan diri" untuk bekerja kasar,seperti Ucok dan teman temannya

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Cuplikan pembicaraan singkat saya dengan  Ucok , Usaha  Cuci Mobil di Kemayoran.

Suatu hari, menengok ada yang Papan bertuliskan :" Cuci Mobil 30 Ribu" ,maka saya menghentikan kendaraan dan memarkirnya dipinggir jalan.Kemudian ,saya dan istri turun dari kendaraan. Dipersilakan duduk di bangku kayu seadanya. "Cuci Om?" tanya seorang pemuda,yang mengenakan kaus oblong,kepada saya. "ya dik" jawab saya.

Maka tanpa membuang waktu lagi, dengan cekatan ,ia memanggil 2 lagi temannya secara gotong-royong mencuci kendaraan saya. Kelihatan sudah ada pembagian tugas diantara mereka masing masing,  ,Karena tanpa ada yang memerintah ini dan itu, tampak  ada yang khusus mencuci bagian roda, yang satu lagi body kendaraan dan yang seorang lagi membersihkan bagian dalam kendaraan.

Sambil tangannya sibuk menyabuni dan membersihkan kaca mobil, si pemuda memperkenalkan diri tanpa diminta. "Kami ini merantau Om dari Medan." Tadinya tujuan mau kerja kantoran, tapi ternyata ijazah Sarjana Hukum saya tidak laku di sini heheh," katanya sambil ketawa lepas." Mau pulang kampung ? Ah,malu maluin orang tua. Karena akan jadi bahan gosip dikampung saya. Si Ucok,katanya studi di Jakarta ,,ee pulangnya nganggur ,bah"

 "Tapi alhamdulilah Om. Tadinya saya kerja sama orang nyuci mobil, tapi sekarang sudah mandiri dan malah bisa rekrut teman-teman sekampung, daripada mereka jadi pengangguran di sini. Ada 6 orang anak buah saya. Oya, saya biasa dipanggil "Ucok", Om," katanya dalam logat Batak yang kental "Sudah dua tahun saya usaha ini dan alhamdulilah kredit motor sudah lunas, Om.

Memang banyak teman yang mengejek aku, 'Hai Cok, jauh-jauh kau merantau, cuma jadi tukang cuci mobil?' Tapi saya tidak malu, Om. Bagi saya ini adalah landasan untuk dapat usaha yang lebih baik, yang penting halal ya, Om."

Saya salut banget pada si Ucok dan teman temannya,yang punya harga diri dan tidak mau menjadi beban bagi orang tuanya dikampung.

Alasan Lain Mengapa Jadi Penganggur juga Ok?

Salah satu alasan,mengapa di Indonesia, sarjana jadi penganggur juga ok? Karena tanpa harus kerja atau dengan alasan belum ada lowongan kerja,mereka tetap dapat hidup santai  dirumah orang tua,karena seluruh biaya hidup masih ditanggung oleh orang tua.

Semoga sikap mental seperti ini,jangan dijadikan warisan turun temurun !

Sekilas Pengalaman Pribadi

Karena kondisi ekonomi keluarga morat marit,maka lulus sma ,saya kerja selama satu tahun,untuk mengumpulkan dana agar bisa masuk ke IKIP .Sementara itu .Selesai kuliah kerja lagi hingga malam. Pola inilah yang kami terapkan pada anak cucu.Sehingga cucu cucu kami sejak sma sudah bekerja dan begitu selesai di wisuda ,sudah langsung diterima bekerja,Mereka sejak dari sma sudah dipersiapkan untuk hidup mandiri,Bukan karena orang tua tidak mampu,tapi terlebih mempersiapkan mereka menjadi manusia yang mampu mandiri dan jangan sampai hingga dewasa ,masih menggantungkan hidup pada orang tua.

Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun