Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Tunggu "Mood" Baru Mau Kerja, Apa Nggak Salah?

27 Agustus 2017   07:14 Diperbarui: 28 Agustus 2017   02:00 2811
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya lagi nggak mood nih
Dalam pembicaraan santai, kalau kita bertanya pada salah seorang teman, "Mengapa sudah lama tidak menulis?" Maka jawaban standar yang sering kita dengar adalah, "Lagi nggak mood nih."

Mood itu apa sih? Mood itu adalah suasana hati yang dapat bersifat positif dan negatif. Karena itu dalam mengungkapkan suasana hati,sering kali disebutkan sedang good mood atau bad mood. Ada banyak faktor yang dapat mendorong terciptanya mood dalam diri kita. Contoh sederhana, bila tulisan kita di-headline-kan oleh Admin, maka mood kita menggebu-gebu. Tapi kalau tulisan kita, jangankan di-headiline-kan, di-highlight pun nggak, maka terciptalah bad mood. Yang menyebabkan orang bisa mogok menulis berhari hari, bahkan berminggu minggu.

Kalau menulis dianggap hanya sebatas hobi atau suka suka hati kita, tentu tidak akan menjadi masalah, mau good mood ataupun bad mood. Akan tetapi kalau hal ini dibiarkan menguasai hati kita, maka secara tanpa sadar kita akan terjerumus pada kondisi, di mana kita menggantungkan kinerja kepada yang namanya mood (suasana hati). Hal ini tentu saja sangat membahayakan masa depan kita, karena menyebabkan terjadinya ketidakstabilan dalam bekerja.

Bila dianalogikan
Bila hal ini dianalogikan dalam bagian kehidupan lainnya, kita sering menyaksikan siswa dari berbagai sekolah berbaris dengan semangat, diiringi dengan bunyi genderang ataupun drum band. Tetapi hal ini berlangsung sementara ada yang menyemangati. Begitu berada seorang diri, maka mood itupun menghilang. 

Beda halnya dengan Penjual Bakso ataupun Penjual Cendol yang selalu mampu menjaga mood-nya. Berjalan sejak pagi, mengelilingi kota untuk menjajakan barang dagangannya. Mereka harus mampu menjaga agar selalu berada dalam "good mood", karena bilamana mereka hanya mau memikul dagangannya berdasarkan mood, maka keluarga mereka akan telantar.

Cara menciptakan good mood dalam diri
Sebagai orang yang bukan siapa siapa,tentu saja terkadang saya tergoda untuk tidak menulis. Entah karena tulisan yang saya anggap bagus, tapi tidak di-headline-kan oleh Admin atau bisa jadi timbul pikiran jelek, "Untuk apa saya buang waktu menulis?"

Namun saya tidak membiarkan pikiran jelek itu menguasai diri ,begitu datang,langsung dihadapi dengan mengedepankan good mood .Sehingga saya dapat membuktikan pada diri sendiri, bahwa selama tahun ini prinsip "One day, One article" tidak pernah terabaikan. Bahkan ketika saya terbaring di rumah sakit, tetap minimal satu tulisan saya postingkan.

Dan saya bangga karena sudah mampu mengalahkan diri sendiri. Walaupun tulisan saya tidak semuanya berbobot,tapi setidaknya sudah menepati janji pada diri sendiri, bahwa tiada hari tanpa menulis

Berpengaruh terhadap bidang kehidupan lainnya
Ternyata hal ini sangat berpengaruh terhadap bidang kehidupan dibidang lainnya. Walaupun saya sudah pensiun, tapi selalu bangun di subuh hari. Dan tidak pernah menunda janji kepada seseorang hanya karena alasan hujan lebat atau lagi tidak enak badan. Sikap mental kita dapat difungsikan sebagai "booster" atau pembangkit tenaga mood dalam diri kita. Sehingga saya selalu mood untuk menulis setiap hari, selalu mood untuk mengendarai kendaraan setiap hari dan selalu mood untuk membersihakan rumah dan seterusnya.

  • Jangan biarkan hidup kita tergantung pada suasana hati. Be the master of yourself. Jadilah tuan atas diri kita. Jangan biarkan apapun mempengaruhi kinerja kita.
  • Karena itu penting kita menetapkan rencana:
    Apa saja kegiatan kita dalam sehari
    Apa yang menjadi target kita
    Bagaimana kita mencapainya
    Disiplin diri yang tidak tergoyahkan

Pensiun dari pekerjaan, bukan berarti tidak melakukan apapun
Pensiun dari pekerjaan, bukan berarti pensiun dalam melakukan berbagai aktivitas lainnya. Banyak orang yang secara tanpa sadar terjebak oleh kata "pensiun". Sehingga begitu memasukki masa pensiun, langsung loyo, duduk di kursi goyang, melamun, sedih, dan gundah. Karena tidak tahu apa yang mau dikerjakan. Padahal dalam hidup ini banyak kegiatan yang dapat dilakukan, untuk mengisi hidup,menjadi manusia yang bermanfaat. Bukan hanya bagi diri sendiri, tapi juga bagi keluarga dan orang banyak.

Saya pensiun sebagai pengusaha, tapi masih aktif dalam berbagai kegiatan sosial dan masih mengajar online hingga saat ini. Hal ini menjaga dan mampu mengawal, agar semangat hidup tidak memudar apinya. Dan menjadikan kita sehat lahir dan batin. Usia tidak dapat dihambat, tapi bertambahnya usia, bukanlah alasan untuk hidup melempem di kursi goyang. Ketika tahun lalu kami ke Padang Pasir Pinnacles, banyak teman teman yang menelepon dan mengatakan, "Apa nggak salah, Pak. Jangan lupa usia loh Pak". 

Maksudnya tentu saja baik, yakni mengingatkan agar saya tahu diri. Dan saya mengenal diri saya dengan baik,bahwa kondisi kesehatan lahir batin, tidak berubah dibandingkan ketika berusia 50 tahun. Saya masih mengemudikan kendaraan dengan santai untuk perjalanan jauh dan malam hari masih mengemudi, tanpa kaca mata. Tapi hal ini tentu tidak membuat diri menjadi over confidence,melainkan menyukuri bahwa di usia menapaki ke tiga perempat abad, masih dikaruniai kesehatan lahir batin.

Tjiptadinata Effendi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun