Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014 - The First Maestro Kompasiana

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Kiat Menangkap Peluang Bisnis

21 Agustus 2017   08:47 Diperbarui: 21 Agustus 2017   19:37 1823
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Mengubah Sampah Menjadi Uang
Menangkap peluang bisnis hanya dapat dimiliki oleh orang yang sungguh sungguh mencintai pekerjaannya. Kalau orang bekerja  hanya sekedar merupakan jalan untuk mendapatkan uang, maka orang tidak akan mampu menemukan peluang tersebut. 

Seperti kata peribahasa kuno dari negeri Cina "Melihat uang dengan mata, maka hanya akan dapat recehan. Melihat uang dengan pikiran akan mendapatkan uang dalam jumlah terbatas, tapi melihat uang dengan hati,maka akan mendapatkan uang dalam jumlah yang tidak terbatas."

Yang memiliki peluang untuk melihat uang dengan hati adalah orang yang mencintai pekerjaannya. Melakukan pekerjaan dengan sepenuh hati, bukan semata mata karena dalam pikirannya tiap bulan akan mendapatkan gaji.

Ada banyak contoh-contoh hidup yang terjadi dihadapan kita, tapi kebanyakan orang hanya memandang setiap kejadian dengan sikap apatis atau masa bodoh. Dan sama sekali tidak menangkap peluang yang sesungguhnya disodorkan dihadapannya. Mengapa? Jawabannya sudah disebutkan diatas, yakni karena orang bekerja hanya dengan otot dan otak, tapi tidak menggunakan hati.

Sebuah contoh lain, salah seorang keponakan saya bekerja sebagai pengawas di salah satu pabrik. Setiap hari ia menyaksikan buruh pabrik keluar untuk makan siang dan ada juga yang makan di kantin. Tiba-tiba  ia ingat istrinya bisa buka warung makanan, tapi pembeli hanya beberapa orang setiap harinya. Maka ia mulai menawarkan pada para pekerja pabrik ,kalau mereka mau memesan makanan padanya dengan harga yang lebih murah ketimbang mereka makan diluar. Ternyata peminatnya banyak. 

Pertama, sewaktu istirahat makan siang mereka memiliki waktu untuk duduk santai beristirahat karena makan siang akan diantarkan. Dalam sebulan, penghasilan yang diterima istrinya dari hasil mengisi pesanan makanan dari para pekerja pabrik jauh lebih besar dari hasil buka warung dirumahnya. 

Setelah bulan bulan berikutnya, karena para pekerja di pabrik menyukai masakan istrinya maka semakin banyak yang memesan makanan. Kini bahkan istrinya sudah harus menggaji pembantu beberapa orang, karena tidak mampu mengerjakan sendiri lantaran banyaknya pesanan. Jangan lupa, pekerja di pabrik bukan puluhan, tapi ratusan orang.

Ini hanya sebuah contoh kecil, tapi mungkin dapat membuka cakrawala berpikir kita bahwa sesungguhnya peluang bisnis itu ada, tapi sering kali kita tidak tahu kiat menemukannya.

Mengubah Sampah Menjadi Uang
Keponakan lainnya bekerja di salah satu restoran di bagian dapur. Setiap hari ia menyaksikan satu kantong plastik kulit semangka yang dibuang setelah isinya disuguhkan sebagai makanan penutup bagi tamu yang datang makan.

Ia ingat bahwa dari kulit semangka bisa dibuat asinan yang harganya cukup mahal. Maka ia minta izin kepada pemilik restoran untuk membawa pulang sampah-sampah yang berasal dari semangka. Tentu saja bosnya sama sekali tidak keberatan. Maka ia membawa tas plastik dari rumahnya dan sejak saat itu, kulit semangka dipisahkan dari sampah dapur lainnya.

Setiap malam ia membawa pulang satu kantong berisi kulit semangka yang diolahnya menjadi asinan yang lezat rasanya. Kemudian dikemas dalam plastik dan dijual dititipkan ditoko-toko. Ternyata sangat laris karena jarang ada yang menjualnya. Sejak saat itu dari hasil mengubah sampah dari kulit semangka menjadi makanan lezat, keponakan saya mendapatkan penghasilan tambahan yang sangat fantastis. Modalnya hanya kulit semangka yang didapat secara gratis, kemudian tauco  dan kecap serta cabe merah yang diiris halus dan plastik kemasan. Kini malah sudah menggunakan merek .

Pengalaman Pribadi

Sewaktu masih aktif sebagai eksportir, saya menyaksikan setiap minggu satu truk penuh dengan abu bekas gilingan kulit manis yang diupahkan untuk membuangnya keluar kota. Saya coba mengambil satu karung abu yang akan dibuang dan kemudian membersihkan dengan kawat ayakan halus, ternyata terdapat sekitar 20 persen ,butiran kulit manis yang bernilai tinggi. Maka sejak saat itu saya datangi setiap Kepala Gudang yang memproduksi  broken cassia agar kalau mau membuang abu kulit manis ( cassianya), tidak usah jauh-jauh karena ada gudang saya untuk menampungnya.

Dari hasil abu yang tadinya dibuang saya menggaji sekitar 10 orang khusus digudang abu dan memberikan mereka gaji ekstra dan penutup mulut untuk mengerjakan abu dengan mesin sederhana. Ternyata dari sampah yang tadinya hanya dibuang ini, selama satu tahun saya dapat membeli sebuah kendaraan untuk operasional kerja.

Semoga ada manfaatnya dan dapat membuka mata hati kita semua, agar dapat mencintai pekerjaan kita sehingga dapat menangkap peluang bisnis dalam pekerjaaan kita. Jangan lupa,orang yang bekerja keras hanya menggunakan otot, maka ia akan menjadi kuli seumur hidup karena itu kita harus mampu bekerja dengan otot, otak dan hati. Karena inilah jalan menuju kesuksesan.

Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun