Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Kompasianer of the Year 2014 - The First Maestro Kompasiana

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Karyawan adalah Mitra Kerja, Bukan Pesuruh

16 Agustus 2017   18:25 Diperbarui: 24 Agustus 2017   16:14 6147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber ilustrasi: h-nur.com

Langkah-langkah Menjaga Hubungan Baik dengan Karyawan

Yang namanya Karyawan, digaji karena mereka bekerja untuk perusahaan. Jadi, uang yang mereka terima setiap bulan adalah hak mereka karena sudah memberikan tenaga dan ketrampilannya untuk memajukan perusahaan. Untuk itu, sudah sepatutnyalah karyawan diperlakukan sebagai mitra kerja, bukan sebagai pesuruh.

Karena bilamana diperlakukan sebagai pesuruh, maka sebagai manusia yang waras sudah pasti akan muncul perasaan tidak nyaman dan merasa disepelekan. Tetapi, karena mereka membutuhkan pekerjaan agar dapat menghidupi diri sendiri dan keluarga, maka mereka bertahan. Tetapi begitu ada kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan lain, maka tanpa perlu mempertimbangkan lagi, mereka akan pindah kerja. Maka sejak itu, kalaupun ketemu di jalan mungkin hanya akan memberikan anggukan basa-basi saja. Sebab selama bekerja bertahun-tahun diperusahaan tersebut tidak terjalin hubungan batin yang baik, antara atasan dan bawahan.

Bekerja dengan suasana hati yang tertekan sudah jelas tidak akan memberikan hasil yang maksimal. Mereka hanya bekerja sesuai tugas dan sama sekali tidak merasa ikut bertanggung jawab terhadap perusahaan mau maju, atau mundur.

Menciptakan Suasana Kerja Agar Karyawan Merasa Ikut Memiliki

Kalau sebagai pimpinan perusahaan kita berhasil menciptakan suasana kerja yang nyaman,  dan para karyawan merasa kehidupan mereka diperhatikan, maka mereka akan ikut merasa memiliki. Tanpa perlu pengawasan ketat, dengan sukarela mereka akan mengerjakan tugasnya. Kami sudah mempraktikkan hal ini selama masih aktif sebagai Pengusaha.

Walaupun bukan perusahaan besar, tapi ada puluhan orang karyawan bekerja dibidang produksi. Gudang kami ada di 4 lokasi yang berdekatan untuk mempermudah pengontrolan. Ada Gudang Kopi, Gudang Kulit Manis (Cassia), Gudang Pinang, serta Gudang Damar.

Mereka selalu datang tepat waktu dan bilamana diperlukan. Semuanya siap untuk kerja lembur hingga malam hari. Misalnya, ketika ada pengiriman barang, sedangkan barang belum ready for export. Tidak ada yang komplain karena mereka sudah tahu, yang namanya kerja lembur, mereka pasti mendapat makan malam dan tambahan gaji.

Hampir 95 persen dari Karyawan kami beragama Islam, maka mereka mendapatkan kesempatan untuk menjalankan ibadahnya. Dan bilamana memesan makanan untuk mereka kerja lembur, selalu disediakan nasi padang yang mereka pesan sendiri. Hal yang tampaknya sepele ini ternyata mampu memberikan mereka kegairahan kerja. Selama hampir 20 tahun berusaha, tidak sekali juga ada yang kedapatan mencuri ataupun melakukan hal-hal yang tidak pantas. Mereka saling mengontrol, dan kami tidak perlu turun tangan untuk mengawasi mereka. Membayarkan asuransi kecelakaan kerja untuk mereka juga sudah ditanggung oleh perusahaan.

Makan Bersama

Kalau ada kerja lembur, kami semua makan menu yang sama dengan apa yang mereka makan. Bahkan tidak jarang saya duduk bersama mereka sambil menikmati makanan. Hal yang tampaknya sepele, tapi bagi para karyawan akan merasa sangat: "diorangkan". Sikap seperti ini merupakan salah satu langkah sederhana yang kami terapkan selama belasan tahun. Jangan lupa, apa yang bagi kita mungkin masalah kecil dan tidak berarti. tetapi bagi orang lain bisa jadi sangat berarti dalam hidupnya.

Merasa dihargai karena Bos duduk makan bersama, akan menjadi kenangan manis bagi mereka. Hal ini juga yang saya terapkan ketika mengujungi rumah pelanggan Kopi dan Kulit Manis di kampung mereka di Batu Sangkar dan Sungai Penuh. Mereka bukan hanya merasa sebagai pemasok barang, tetapi sudah menganggap kami keluarga mereka. Kami tidur dan makan bersama keluarga mereka di kampung-kampung.

27 Tahun Sudah Berlalu, Tapi Hubungan dengan Mantan Karyawan Terus Berlanjut

Hingga saat ini, kami masih menjalin hubungan yang sangat baik dengan para mantan karyawan. Baik sekadar chat via WA, maupun komunikasi melalui facebook. Sedangkan untuk karyawan yang bekerja di bidang produksi karena memang pengetahuan dan kemampuan mereka untuk menjangkau internet tidak sampai, maka kami hanya bertemu saat kami pulang kampung.

Timbal Balik

Hal yang sama kami alami, karena dulu sebelum menjadi pengusaha saya dan istri bekerja di PT Hanico yang bergerak dibidang hasil perkebunan seperti Kopi, Cengkeh, Pala dan Damar. Tetapi pada saat itu sebatas perdagangan antar pulau saja. Karena saat bekerja kami diperlakukan dengan sangat baik atasan, maka, walaupun kelak kami sendiri sudah menjadi pengusaha, hampir setiap hari raya Imlek kami saling kunjungi rumah mantan bos kami, hingga mantan bos kami meninggal dunia beberapa tahun lalu.

Hubungan baik ini bahkan tetap berlanjut dengan anak-anak bos kami. Hubungan baik yang dijaga secara arif dan bijaksana tidak akan terputus dengan berakhirnya hubungan kerja. Tetapi sebaliknya, bila kita memperlakukan karyawan seperti pesuruh, maka dengan sangat cepat mereka akan melupakan kita.

Kesimpulannya adalah:

  • Berikanlah kepercayaan sewajarnya kepada karyawan
  • hindari memata matai mereka
  • berikan kesempatan bagi mereka untuk istirahat yang cukup'
  • hargai kerja mereka dengan sepantasnya
  • dan perlakukanlah mereka sebagai mitra kerja
  • Kalau mereka salah, tetap ditegor
  • hindari mempermalukan mereka didepan umum

Semoga artikel yang ditulis berdasarkan pengalaman selama hampir 20 tahun menjadi pengusaha, ada manfaatnya bagi yang sudah menjadi pengusaha atau kelak akan menjadi Pengusaha.

Tjiptadinata Effendi

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun