Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Medan Membuat Terobosan "Jihad dalam Bentuk Lain"

29 Juli 2017   19:14 Diperbarui: 30 Juli 2017   16:02 786
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber berita dan gambar: www.watoday.com.au

Malam ini ada yang menarik ketika saya membuka laman Watoday karena menuliskan tentang Jihad dalam bentuk lain,dalam upaya mengantisipasi perekrutan anak anak oleh para teroris dan kaki tangannya.Bahwa simpatisan teroris ada dimana mana,rasanya tidak harus disembunyikan ,karena sudah menjadi rahasia umum.Bahkan di Australia,sudah belasan anak remaja yang berhasil direkrut oleh teroris.Sehingga secara diam diam mereka meninggalkan Australia dan bergabung dengan para teroris. Kemudian dengan bangga berfoto seflie dengan memegang senjata.

Sumber berita dan gambar: www.watoday.com.au
Sumber berita dan gambar: www.watoday.com.au
Dalam kalimat lain,bawah anak anak dan remaja menjadi sasaran empuk untuk direkrut oleh para teroris,sudah menjadi masalah dunia.Bukan lagi masalah agama,tapi sudah menyangkut keselamatan hidup orang banyak. Karena yang tewas terbunuh atau dibunuh,tidak memilah agamanya apa.Semua yang dianggap berseberangan atau membahayakan kedudukan mereka ,akan dihabisi.Pesantren Di Medan Dengan Jihad Dalam Bentuk Lain
"Medan: In the dusty yard of an Islamic boarding school in North Sumatra, a group of excitable boys are telling us why they want to join the police force and the army when they grow up.
"I want to be an army commander because I want to prevent narcotics, stop crime and catch terrorists," says Andika, a 13-year-old in a long mustard tunic and Muslim skullcap.

Khairul Ghazali, pendiri Sekolah Islam Al-Hidayah dekat Medan, Indonesia (www.watoday.com.au)
Khairul Ghazali, pendiri Sekolah Islam Al-Hidayah dekat Medan, Indonesia (www.watoday.com.au)
Di halaman berdebu sebuah pesantren di Sumatera Utara, sekelompok anak laki-laki yang bersemangat menceritakan mengapa mereka ingin bergabung dengan angkatan kepolisian dan tentara saat mereka dewasa."Saya ingin menjadi komandan tentara karena saya ingin mencegah narkotika, menghentikan kejahatan dan menangkap teroris," kata Andika, seorang anak berusia 13 tahun .

Mencegah Sedini Mungkin Perekrutan Anak Anak oleh Teroris

Mungkin kita masih ingat akan peristiwa  perampokan  berdarah di salah satu bank di Medan,yang menyebabkan seorang petugas kepolisian tewas dan dua sekuriti bank terluka. Pihak keamanan sudah menembak mati 3 orang pelaku dan 15 lainnya di tangkap. Rencananya hasil rampokan akan digunakan untuk mendanai kegiatan teroris.

Ironisnya salah satu dari antara penjahat yang dipenjara adalah ayah kandung dari Andika.Al-Hidayah, sebuah sekolah yang didirikan di Medan untuk anak-anak teroris, di tengah kekhawatiran mereka juga bisa menjadi radikal dan bertekad untuk membalas dendam ayah mereka. 

Pendiri sekolah tersebut, Khairul Ghazali, mengatakan anak-anak teroris diajari untuk membenci tentara dan polisi. Jadi, faktanya beberapa muridnya sekarang mengatakan bahwa mereka ingin menjadi petugas polisi atau bergabung dengan tentara adalah ukuran keberhasilan program deradikalisasi Al-Hidayah.Semoga langkah langkah untuk mengantisipasi sedini mungkin perekrutan ini,dapat dijadikan contoh bagi daerah daerah lainnya.Tanpa perlu menyebutkan daerah mana,kita semuanya sudah mengetahui,bahwa di indonesia terdapat ribuan ,bahkan mungkin puluhan ribu simpatisan teroris .Umumnya mereka  adalah dari kalangan remaja.

Mencegah adalah jauh lebih baik daripada menunggu semuanya sudah terlambat . Karena kemungkinan Indonesia akan digiring menjadi Suriah kedua,bukanlah sesuatu yang mustahil. Masalah teroris bukan lagi masalah agama,melainkan masalah keselamatan jutaan umat manusia.


Tjiptadinata Effendi

Referensi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun