Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

18 Juli, Ultah ke-74 Wanita yang Saya Cintai

17 Juli 2017   21:48 Diperbarui: 19 Juli 2017   20:58 1130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Serasa belum lama kami sama sama merupakan siswa dari SMA Don Bosco di Padang. Dan hari ini, gadis bernama Lina yang sudah mendampingi saya dalam suka dan duka, merayakan ulang tahun ke 74. Tanpa sadar, kami berdua sudah menua, walaupun sejujurnya sama sekali tidak merasa menjadi tua. Karena aktivitas yang sejak usia muda kami lakukan, seperti jalan pagi, berenang dan traveling kemana saja hingga kini masih tetap kami lakukan.

Membaca dan menulis tanpa kaca mata dan jauh dari ketergantungan obat-obatan. Perjalanan hidup yang pernah terseok-seok bagaikan merangkak dalam lumpur sudah kami lakoni bersama-sama. Walaupun masih teramat banyak kekurangan yang ada pada diri, akan tetapi setiap hari kami tidak lupa menyukuri bahwa dalam usia yang memasuki tiga perempat abad, kami masih mampu hidup mandiri.

Gembira, Tapi Sekaligus Sedih

Hari Ultah ke 74 wanita yang telah mendampingi saya dalam suka dan dalam duka, serta dalam untung dan malang, tentu saja menghadirkan rasa suka cita dan syukur yang mendalam. Akan tetapi sejujurnya, ada terselip sepotong kesedihan hati, karena anak mantu dan cucu cucu kami tidak dapat hadir secara lengkap. Masing-masing menjalani hidupnya di tempat yang terpisah oleh penerbangan selama lebih kurang 7 jam. Saat ini kami berada di Burns Beach, di rumah putra pertama kami. Sementara putri kami ada di Wollongong dan putra kedua di Jakarta. Di antara 3 tempat yang terpisah ini, butuh tujuh jam penerbangan untuk dapat saling bertemu.

Inilah yang dinamakan hidup. Ada suka dan ada dukanya.Gaya hidup tempo dulu, dimana semua anak-anak, mantu dan cucu tinggal dalam satu atap sudah sejak lama ditinggalkan. Kalau dulu hidup berkumpul, merupakan sebuah magnit, sejak belakangan magnit itu tidak lagi mampu membendung perubahan zaman, yakni: "menikmati kebebasan hidup". Falsafah hiduppun berubah menjadi: "Tidak mengapa jauh di mata, selama tetap dekat di hati"

Kerinduan Hati Tetap Akan Merupakan Kerinduan

Kerinduan hati untuk dapat merayakan ulang tahun seperti semasa dulu, dimana seluruh anggota keluarga berkumpul dan makan bersama, kini hanya tinggal sebuah kerinduan yang tak mungkin terwujud. Begitulah hidup, tidak semua harapan hati dapat dijelmakan menjadi sebuah kenyataan. Satu-satunya jalan agar jangan sampai kerisauan merusak sebuah hari ulang tahun adalah bersyukur kepada Tuhan, karena kami dikaruniai anak cucu dan mantu yang begitu mengasihi kami berdua.

---

Selamat Ulang Tahun ke-74 ,istriku tercinta! Kado yang dapat kuberikan adalah seluruh cintaku.

Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun