Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Hindari Gaya Hidup Plintat-plintut

13 Juli 2017   08:15 Diperbarui: 14 Juli 2017   00:11 1816
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Plintat plintut artinya tidak berpendirian atau berubah ubah arah.Kalau diibaratkan dengan pucuk cemara,yang akan condong kemana angin bertiup kencang. Orang mengebu gebu mengutuki tindak kejahatan, tapi ketika yang terlibat kejahatan ada hubungan baik,maka sikapnya berubah. Mencari cari alasan untuk membenarkan atau mengaburkan kejadiannya. 

Disisi lain, menginginkan kemajuan pembangunan, kebersihan dan keamanan, serta kenyaman, tapi ketika yang menjadi pemimpin bukan dari golongannya, maka arah yang semula sudah benar, tiba tiba berubah. Ada kisah yang kedengarannya lucu dan dibuat buat,tapi sesungguhnya benar benar terjadi. 

Seorang tokoh masyarakat ( saya tidak sebutkan pendeta, ustazd ataupun pastor, agar jangan jadi terkena fasal penghinaan). Sangat berapi api dalam mengutuki segala prilaku yang dapat menjurus kehal hal yang negatit, semisalnya pornografi, mabuk mabukan dan judi. Suatu waktu ada seorang pemuda datang dan  berbisik:" Maaf, putra bapak tadi saya jumpai main judi"

Lantas wajah di pemuka masyarakat ,menjadi merah padam menahan amarah dan berujar: "Bikin malu,anak kurang ajar,main judi itu kan ajaran setan." "Tapi pak,"Sambung  pemuda yang menyampaikan berita buruk tadi:"Tapi putra bapak menang 200 juta " Langsung wajah tokoh masyarakat tadi  berubah menjadi ceria,sambil bertanya:"  Oyaa? Syukurlah,,,lalu dimana putraku sekarang?"

Bila Menguntungkan Diri,Yang Buruk Dianggap Baik
Mau dianggap kisah diatas hanya sebuah ilustrasi kehidupan juga tidak mengapa. Yang penting adalah isinya, bahwa seringkali secara tanpa sadar, orang menyalahkan sesuatu yang sebenarnya tidak bersalah, karena merasa kepentingannya dirugikan. Akan tetapi bilamana ada hal hal yang dianggap menguntungkan diri atau komunitasnya, maka hal yang buruk juga akan dianggap benar. Termasuk bila pelakunya ada hubungan kekeluargaan atau merupakan salah satu anggota komunitas, maka walaupun sudah jelas melakukan berbagai tindak kejahatan, orang akan tetap berusaha untuk membelanya mati matian.

Hidup Plintat Plintut Akan Kehilangan Arah
Menjalani hidup yang plintat plintut berpotensi menyebabkan orang kehilangan arah hidup. Karena tidak tahu lagi arah mana yang sesungguhnya benar dan  arah mana, yang dianggap benar, tapi sebenarnya menjerumuskan. Maka ibarat orang yang lagi kebingungan mengendarai kendaraan, tidak lagi fokus dan berpotensi mencelakakan diri sendiri dan orang lain.

Alangkah eloknya bila kita hidup dengan melepaskan semua topeng dan tampil apa adanya. Yang salah tetap disalahkan dan yang benar dibela bersama. Kendati yang benar itu mungkin tidak menguntungkan diri kita. Hidup itu memilih, mengikuti arus ataukah melawan arus. Dan hak untuk memilih ada ditangan kita masing masing, Tak seorangpun di dunia ini,yang berhak menginterupinya.

Your choise is your life!

Hanya sebuah renungan pagi dari seorang kakek

Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun