Tidak ada yang terlalu tua atau terlalu muda untuk belajar.Karena hidup adalah sebuah proses pembelajaran diri tanpa akhir.Tinggal di negeri orang,juga bukanlah alasan untuk melewatkan kesempatan untuk dapat belajar apapun yang kiranya bermanfaat.
Ada beberapa hal yang selama ini diyakini sebagai sebuah kebenaran,misalnya : "Kalau ada yang gratis ,mengapa harus beli?" Tapi setelah menyaksikan dan mengalami sendiri,baru menyadari bahwa paradigma tersebut perlu di tinjau ulang. Bukan lantaran ikut latah meniru kebiasaan di negeri orang,akan tetapi mencoba menakar diri sendiri.
Bukankah ada begitu banyak orang lain,yang lebih membutuhkan sesuatu yang gratis,dibanding dengan diri kita? Kalau jawabannya :" ya",maka falsafah yang diterapkan disini : "Kalau bisa beli,mengapa ambil yang gratis?" sudah sangat tepat.
Pada awal kedatangan kami kesini, sempat saya berpikir, bahwa orang Australia gengsi. Karena ketika sama sama berkumpul di club ada minuman gratis, bahkan bisa memilih.
Mau kopi latter,capucinno, coklat atau teh. Tapi rata rata warga Australia, malahan lebih memilih memesan minuman di Cafe. Berarti harus mengeluarkan uang untuk secangkir kopi,minimal 4 dolar. yang kalau dirupiahkan sekitar 40 ribu rupiah.Rasanya tidak habis pikir, mengapa harus menghamburkan uang kalau ada yang gratis?
Ternyata belakangan baru tahu,bahwa bukannya karena gengsi,tapi kalau semua orang minum gratis,tidak akan cukup untuk pengunjung sebanyak itu. Sedangkan bagi mereka 4 atau 5 dolar itu tidak ada apa apanya. Mungkin kira kira sama dengan 5000 rupiah bagi kita di Indonesia.

Ada disediakan komputer dan Free Wi-fi,serta disampingnya ada minuman gratis. Malahan bisa milih,mau minum kopi,susu ,teh atau coklat hangat. Saya membayangkan,bilamana di Indonesia ada tempat dan fasilitas seperti ini sudah dapat dipastikan akan ramai sepanjang hari.
Tetapi sudah beberapa kali kami ke Office Work,untuk foto copy atau mencetak surat surat penting,yang menggunakan komputer dan menikmati minuman gratis bisa dihitung dengan jari tangan.
Padahal, kalau menurut logika sebagai orang Indonesia, dari pada harus ke warnet  atau duduk mengetik dirumah,membayar tagihan listrik dan pulsa,mengapa tidak memanfaatkan sarana yang sudah dipersiapkan? Tidak ada kewajiban untuk berbelanja apapun.
Tapi lain negeri,lain pula cara berpikir warganya.Bagi orang disini, dirumah mereka ada komputer dan line internet,serta cukup persiapan untuk mau minum apapun. Mengapa harus menggunakan fasilitas di tempat orang lain? Biarlah orang yang tidak memiliki fasilitas tersebut dirumah mereka,yang memanfaatkan fasilitas ini.
Patut Direnungkan
Jadi benarlah ,seperti kata pribahasa :' Lain Padang,lain belalangnya.Lain lubuk,lain pula ikannya" Ternyata beda negeri,beda sudut pandang dalam berpikir. Pemikiran bahwa:"mungkin ada orang lain,yang lebih membutuhkan daripada saya",agaknya memang patut direnungkan. Karena selama ini yang tertanam dalam hati adalah:" yang penting saya dapat.Mengenai orang lain,itu bukan urusan saya"
Ternyata sudah berada diusia tiga perempat abad, saya masih belum dapat menyelesaikan pendidikan saya di "Universitas Kehidupan" .Karena itu tidak salah ada frasa mengatakan:"Belajar sejak dari buaian,hingga kelubang lahat"
Tjiptadinata Effendi
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI