Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014 - The First Maestro Kompasiana

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Gangguan Mental,Penyebab Terbesar Terjadinya Penyimpangan Prilaku

11 Juli 2017   08:19 Diperbarui: 12 Juli 2017   15:28 1362
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mental Sakit ,Penyebab Terbesar Terjadinya Penyimpangan Prilaku

Banyak orang yang tampil perlente, kaya, dan pintar bahkan menduduki jabatan penting dalam pemerintahan. Namun kondisi ini bukanlah jaminan bahwa orangnya sungguh-sungguh sehat lahir batin. Karena kalau memang sudah sehat lahir batin, maka mustahil orang akan berprilaku menyimpang. Misalnya mengambil sesuatu yang bukan miliknya, baik untuk memperkaya diri maupun keluarganya. Mengeluarkan pernyataan-pernyataan yang bersifat tebar kebencian dan memecah belah atau apapun yang bersifat negatif. Orang yang sehat lahir batin akan tercermin dari tutur kata dan prilaku dalam kesehariannya.

Kalau mengacu pada kriteria tentang arti dan makna manusia sehat menurut World Health Organization, maka salah satu point yang perlu digaris bawahi dari seluruh paparan tentang kriteria sehat menurut Badan Kesehatan Dunia ini adalah seseorang atau manusia itu baru dapat dikatakan sehat, bila kondisinya sehat lahir dan batin serta mampu hidup berinteraksi dan bertetangga dengan baik.

Namun dalam mengaplikasikannya, ternyata tidaklah semudah membaca teori tentang bagaimana hidup sehat lahir dan batin. Begitu banyaknya masalah hidup yang harus dihadapi, baik yang berasal dari faktor internal atau diri sendiri, maupun yang datang dari luar. Akibatnya, tidak sedikit orang yang mengalami "mental ilness". Gangguan kejiwaan bukan serta merta berarti gila, melainkan karena kondisi jiwa yang tidak stabil. Yang bila dibiarkan berlanjut menyebabkan terjadinya penyimpangan prilaku seperti menjadi pemurung, pemberang, pembenci, dan perusak.

Dalam kalimat lain, manusia baru dapat dikategorikan termasuk manusia yang sehat, tidak hanya bila dalam keadaan sakit secara phisik, tetapi juga mampu menghadirkan kegembiraan hidup dalam dirinya. Mampu hidup mandiri dan melakukan aktivitas sesuai dengan kapasitas masing-masing. Bila hanya sekedar bisa berjalan dirumah, makan dan ke kamar mandi, tentu bukan kondisi seperti ini yang dimaksudkan dengan manusia sehat. Apalagi bila untuk menunjang kelangsungan hidup, harus menunggu bantuan anggota keluarga ataupun orang lain

Pentingnya Menantisipasi Gangguan Mental Sedini Mungkin

Masih ada point tambahan dari WHO, bahwa manusia harus mampu menerima dengan  ikhlas , suatu keadaan walaupun pada kenyataannya kondisi tersebut  tidak sesuai dengan yang diharapkannya. Hal inilah yang paling banyak menjadi penyebab terjadinya gangguan mental pada diri manusia.

Walahpun latar belakang saya bukanlah psikolog, namun berdasarkan  pengalaman selama belasan tahun berkeliling Indonesia dan bergaul dengan ribuan orang, mencoba menulis artikel ini. Dengan harapan ada manfaatnya atau setidaknya menjadi masukan yang berguna.

Gangguan mental tidak hanya menghancurkan diri sendiri tetapi secara langsung atau tidak akan memberi dampak yang sangat fatal bagi keluarga dan lingkungan.

Langkah-langkah Efektif Mencegah Gangguan Mental:

  • hindari terpaku pada apa yang sudah hilang dari diri.
  • bersyukurlah atas apa yang masih tersisa.
  • jangan membandingkan pencapaian kita dengan orang lain.
  • berpikirlah positif.
  • hindari menjadi seorang yang pemurung.
  • lakukan sesuatu yang positif.
  • berdoa menurut ajaran agama masing-masing.

Ikhlaskan atau akan  Kehilangan Semuanya

Meratapi apa yang sudah terjadi tidak akan mengubah apapun, malahan memperburuk keadaan. Menyalahkan orang lain, kondisi, bahkan menyalakan diri sendiri bukanlah jalan keluar terbaik dari kemelut hidup, Satu-satunya jalan adalah  menerima apa yang sudah terjadi dan mulai membangun dan memperbaiki apa yang sudah rusak ataupun hilang.

Jangan lupa, bila kita tidak dapat mengihklaskan sesuatu yang sudah hilang dari diri kita, maka kita akan kehilangan yang masih tersisa yaitu hidup kita sendiri. Semoga ada manfaatnya.

Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun