Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jangan Sampai Kita Kalah

24 Juni 2017   08:05 Diperbarui: 24 Juni 2017   18:41 793
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apa itu krikil? Tentu tidak usah buru buru buka kamus online, karena sejak dari anak SD kita sudah tahu apa yang dimaksudkan dengan krikil Bahkan kalau dulu di kampung, setiap hari kita injak injak di pekarangan rumah kita. Sepotong batu krikil sama sekali tidak berharga. Karena itu kalau orang tersandung dengan batu krikil di jalanan, maka saking keselnya, krikil ditendang. Beda banget kalau kita tersandung dengan emas batangan. Walaupun mungkin kaki kita sampai terluka, akibat terkena logam mulia ini, bukannya ditendang, tapi mungkin di elus elus dan dibawa ke toko emas.

Benarkah Batu Krikil Tidak Berharga?

Sepintas lalu,memang tampaknya atau kesannya seperti itu. Apalah artinya batu krikil? Yang kalau ketemu dijalan, tidak ada yang akan memungutnya..Tapi sesungguhnya, tanpa adanya krikil,orang tidak dapat membangun rumah, gedung, jembatan dan sebagainya. 

Bagi yang hobi bertukang atau pernah menyaksikan Tukang Batu atau Tukang Bangunan lagi bekerja membangun rumah atau gedung, pasti sudah menyaksikan, bahwa untuk men cor beton, mutlak dibutuhkan batu batu krikil. Komposisinya tentu sesuai kebutuhan, yakni: semen, pasir dan batu krikil. Bila tanpa batu krikil, maka orang tidak dapat membangun gedung gedung megah dan jembatan layang. Tanpa adanya krikil dalam waktu singkat,bangunan akan roboh.

Kilas Balik 

Hal kecil dan tampak sangat sepele, tapi sesungguhnya dapat dijadikan kilas balik dalam kehidupan pribadi kita. Bahwa kalau batu krikil yang diinjak injak atau ditendang orang,memiliki manfaat yang begitu besar, bagaimana dengan kita?

Dengan membuka hati dan pikiran kita untuk belajar, maka ada banyak pelajaran hidup yang dapat dipetik, tanpa harus membayar apapun. Dari sinilah kita akan mendapatkan pelajaran pelajaran hidup. Yang mampu menginspirasi diri, untuk berbuat sesuatu yang bermanfaat bagi orang banyak.

Banyak orang berkilah:"Hidup saya sendiri, masih morat marit, gimana pula ada waktu untuk berbuat sesuatu yang bermanfaat bagi orang lain?" Sebuah paradigma yang tidak tepat, karena berbuat sesuatu yang bermanfaat, tidak identik dengan bagi bagi uang atau materi.

Ada banyak cara dan gaya, yang dapat dilakukan dan salah satunya adalah :"menulis".Karena menulis bukan hanya sebatas :

  • melawan lupa
  • terapi jiwa
  • menekuni hobi
  • mencari personal branded

Tak kalah bernilai dari semuanya itu adalah menerapkan hidup berbagi, dengan menuliskan hal hal yang dapat menginspirasi dan memotivasi orang banyak. Boleh jadi tulisan kita tidak masuk ke Headline. Bahkan terkadang tidak masuk ke Highlight, tidak mengapa, selama ada manfaat yang dapat dipetik orang lain Satu orang saja, yang mendapatkan manfaat dari tulisan kita, sudah menjadi berkah dalam hidup kita.

Tentu saja tidak seluruh waktu kita digunakan untuk menulis. Ada banyak hal hal yang tampak kecil, namun boleh jadi berguna untuk orang lain, siapapun adanya diri kita. Untuk dapat menjadikan hidup kita ada manfaatnya bagi orang lain, tidak harus menunggu kita kaya atau hidup mapan. Seperti contoh diatas,batu krikil saja ada manfaatnya, masa iya kita kalah?

Pentingnya Kilas Balik 

Kilas balik berarti memetik pelajaran dari setiap kejadian dan apapun yang kita tampak dalam keseharian. Bahkan termasuk hal hal ataupun benda yang dianggap sepele dan tidak berharga Karena dengan demikian, tidak hanya usia saja yang bertambah, tapi juga kematangan pribadi kita.

Tulisan ini tidak bermaksud menggurui siapapun, hanya sekedar membagikan renungan pribadi yang mungkin ada manfaatnya untuk orang lain.

Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun