Setiap orang waras senang bila mendapatkan pujian. Kalau ada orang yang tidak suka menerima pujian, berarti harus periksa diri ke psikiater, karena ada kemungkinan kelainan jiwa. Tapi jangan lupa, bahwa yang dapat membuat orang mabuk, bukan hanya alkohol, tapi pujian juga berpotensi memabukkan. Dan yang namanya mabuk, walaupun berbeda penyebabnya, tapi akibatnya sama. Yakni sama sama lupa diri dan tidak mampu lagi berpikir dengan baik.
Siapa sih yang tidak suka menjadi orang yang dikenal, dipuji, bahkan disanjung? Mungkin ada orang yang mengatakan, bahwa "saya bukan tipe orang seperti itu", tentu saja itu merupakan hak asasi setiap orang yang tidak boleh diganggu gugat.
Mabuk PopularitasÂ
Saking ketagihan mendapatkan pujian dan sanjungan, seringkali membuat orang lupa diri. Untuk menjaga agar orang selalu memuji dan menyanjungnya, maka apapun akan dikorbankan. Waktu yang seharusnya untuk mengerjakan tugas dan kewajibannya, diabaikan demi untuk menunjang popularitas. Bahkan dana yang seharusnya dimanfaatkan untuk kebutuhan keluarga, boleh jadi dipakai untuk mendukung agar popularitas dirinya jangan sampai memudar.
Seorang teman saya di Padang, sangat popular di kalangan masyarakat. Karena kalau duduk di kedai kopi, semua orang yang makan disana ditraktir. Bangga rasanya, dibanjiri ucapan terima kasih, kamsia, Xie xie nin, matur nuwun, tarimo kasih dan sebagainya. Semua mata selalu menengok kearahnya dengan wajah sumringah. Begitu teman saya, Hartono masuk semua mata tertuju kepadanya dan mengucapkan "Selamat pagi Boss".
Maka dengan gaya anggun dan elegant teman saya memandang ke sekeliling dengan dagu agak terangkat ke atas. Kemudian senyum sana dan senyum sini, baru duduk. Kemudian mengatakan kepada si Amoy yang melayani disana "Amoy, ntar semua bon lu itung ke gua yaa".
"Yaa Boss" jawab si Amoy dengan senyum pepsodent. Karena sudah dapat membayangkan, bahwa semua yang duduk di sana bakalan pesan makanan, minuman, rokok dan apa saja yang sanggup dimakan, mumpung ada Boss besar yang mentraktir.
Tak Ada Persahabatan Tulus Berdasarkan PopularitasÂ
Gaya hidup yang jauh lebih besar pasak dari pada tiang dan jauh lebih besar dompet daripada kantong celana, ternyata tidak mampu bertahan lama. Dalam waktu kurang dari 2 tahun, teman saya Hartono, yang saya tidak pernah menikmati dibayarin, ternyata bermasalah dengan pihak bank. Perusahaannya bangkrut dan rumahnya disita karena tidak mampu membayar ansuran kredit di 3 bank.
Kalau dulu, Hartono jadi rebutan orang untuk mengucapkan selamat pagi Boss, kini ia jadi rebutan dari 3 bank untuk menyita apa saja hartanya yang masih ada.Â
Sejak saat itu,tak tampak lagi Hartono di kedai kopi dan tak ada lagi teman-teman yang mengunjunginya untuk sekadar menghibur ataupun menyampaikan rasa simpati. Seperti kata pribahasa "Ketika anda tertawa, maka seluruh dunia,akan tertawa bersama anda. Tetapi ketika anda meratap, maka hanya kegelapan yang akan menemani ratapan anda".
Belajar dari Pengalaman Pahit Orang Lain
Banyak orang yang hanya terpancang untuk belajar pada orang orang yang sukses, Lupa bahwa belajar dari kegagalan orang, juga tidak kalah pentingnya, Agar kita jangan sampai harus mengalami hal yang sama. Belajar dari kesuksesan dan belajar dari kegagalan adalah merupakan "Yin dan Yang". Keduanya sama pentingnya dan sama besar manfaatnya,
Hidup secara seimbang. Mendapatkan popularitas tentu saja tidak ada salahnya, tapi bukan popularitas semu, yakni mendapatkan pujian dan sanjungan, bukan lantaran prestasi yang dicapai, melainkan hanya karena mau menghambur-hamburkan  uang, untuk traktir sana sini. Hidup seimbang bermakna mendahulukan mana yang wajib, baru menekuni mana yang disukai. jangan sampai terjadi sebaliknya, sehingga meninggalkan tugas dan kewajiban, hanya untuk mencapai kepuasan diri secara semu.
Karena apapun yang berjalan secara tidak seimbang akan terguling dan roboh. Ibarat sebuah kendaraan yang berlari kencang, padahal salah satu bannya kempes Ada begitu banyak contoh yang dapat dijadikan pelajaran hidup, bahwa apapun yang tidak seimbang, tidak akan mampu bertahan lama. Untuk kemudian tumbang dan hancur. Semoga kita mampu secara arif memaknai arti dari sebuah popularitas diri.
Semoga kita semua, jangan ada yang sampai mabuk popularitas, hingga lupa diri.
---
Burns Beach, Winter
16 Juni 2017
Tjiptadinata Effendi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H