Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sudah Masuk DPO Tidak Kooperatif, Akan Diborgol

4 Juni 2017   19:05 Diperbarui: 4 Juni 2017   19:33 1246
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya sudah beberapa kali menyaksikan dengan mata kepala sendiri, bagaimana ketika pengemudi disuruh stop, malahan tancap gas, maka dalam waktu tidak sampai 5 menit dari berbagai arah mobil Ranger meraung raung mengejar dan menghadang kendaraan orang yang mencoba melarikan diri. Kalau sudah begini,maka jangan diharapkan Polisi akan bersopan santun, mengucapkan selamat pagi dan mohon maaf, karena dinilai sudah punya niat tidak baik dan tidak kooperatif.

Nama Sudah di DPO, Tidak Kooperatif, Akan Diborgol

Yang namanya Kooperatif itu adalah bilamana mendapatkan Surat Panggilan dari Kepolisian RI. langsung saja datang menghadap. Kalau ada halangan karena sakit atau lagi berpergian, maka tulislah surat untuk mohon waktu. Entah kita merasa bersalah ataupun tidak bilamana Surat panggilan sudah tiga kali diabaikan, maka Pihak Kepolisian,tidak peduli apapun alasan kita,misalnya mau menikahkan anak atau malah diri sendiri yang mau menikah, tetap saja nama kita akan dimasukkan kedalam Daftar Pencarian Orang atau dikenal dengan singkatan DPO.

Kalau sudah dalam kondisi begini,maka suka atau tidak suka,ikhlas atau tidak ikhlas,kita harus mau kooperatif.Bila tetap membangkang,maka pasti akan diborgol.

Hal ini,bukan hanya terjadi di Indonesia,tapi juga di Australia. Bila disuruh stop,baik karena ngebut di jalan raya ataupun ada sesuatu yang mencurigakan,maka sebaiknya berhenti .Paling di tanyai ,di lakukan Breathe Test,apakah mengendarai dalam kondisi dibawah pengaruh alkohol atau tidak .Mungkin mobil kita akan diperiksa dan bilamana tidak ada yang mencurigakan,maka Petugas akan  minta maaf dan mempersilakan kita melanjutkan perjalanan.

Tapi bila melarikan diri,maka beberapa unit mobil ranger ,akan mengejar kita dan bunyi sirine yang meraung raung,maka seluruh kendaraan akan memberikan jalan kepada Petugas untuk mengejar kita, Pasti akan tertangkap. Nah, kalau sudah dalam kondisi seperti ini,maka Petugas tidak lagi akan bersikap ramah,bahkan kemungkinan besar kedua tangan akan ditelikung dan diborgol.Makanya,jalan terbaik adalah kooperatif dengan petugas,sebelum dipaksa untuk kooperatif.

Tidak ada diantara kita yang masih waras,yang ingin mencari cari perkara ,sehingga berurusan dengan Polisi dan pengadilan,maupun Pengacara,tapi bisa saja,karena ketiban sial atau kena karma,tanpa di duga duga,kita terlibat dalam suatu perkara.

Mohon jangan Dihubung Hubungkan Dengan Kejadian Pada Diri Orang Lain

Tulisan ini,tentu tidak lantaran sudah mulai pikun atau latah ikut ikutan membahas urusan orang lain,karena sejujurnya saya tidak mengerti hukum,walaupun pernah dua tahun duduk di bangku kuliah jurusan hukum di Fakultas Hukum Unand,tapi kemudian Drop Out,karena tidak mampu bayar uang kuliah. Saya tulis berdasarkan pengalaman pribadi.Untuk tidak dianggap hoaks atau mengarang cerita,maka saya kutib satu dua alinea dari artikel yang saya postingkan  4 tahun lalu,tepatnya tahun 2013.

Akan tetapi ,sesuai dengan ketentuan dari Admin,tidak dibenarkan mengutip lebih dari sekian persen,maka saya hanya mengutip dua alinea saja,untuk membuktikan,bahwa tulisan ini,bukan hasil gorengan saya,melainkan sungguh bagian dari pengalaman hidup saya.

Kutipan:

Beberapa tahun lalu.....di MANADO Jam 2.00 subuh pintu kamar nomer 402 di Hotel Kawanua -Manado, dimana saya dan istri menginap, digedor sekeras kerasnya. Saya terbangun. Tidak biasanya karyawan hotel membangunkan orang di tengah malam buta begini ,apalagi dengan memukul mukul pintu . Saya bertanya :” Siapa diluar?” “Petugas..buka pintu!” jawaban kasar dan bernada perintah dari luar. Karena tidak merasa bersalah apapun, saya buka pintu kamar dan secara serta merta beberapa orang petugas berpakaian preman masuk.

Persis seperti dalam film orang menangkap penjahat.Saya mencoba menghitung, ternyata ada 8 orang! “Anda kami tangkap”,kata yang seorang. “Lho salah saya apa?” “Nanti di kantor anda bisa bertanya” “Ini kan tengah malam,bagaimana kalau sebentar subuh?” “Tidak bisa, anda mau ikut baik baik atau kami borgol” Kemudian diperintahkan naik mobil  .Ternyata  di bawa ke bandara dan dimintai uang untuk beli tiket ke Denpasar..Dipesawat saya  duduk di apit oleh diri petugas. Yang menjelaskan kepada pramugari  :” Ini tahanan kami,”

Semoga pelajaran pahit yang saya alami,jangan sampai menjadi pengalaman orang lain. Sekali lagi,yang namanya :"kooperatif" adalah sebelum di masukkan ke DPO,kalau sudah masuk,maka bukan kooperatif lagi namanya.

Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun