Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014 - The First Maestro Kompasiana

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bila Tersandung Kasus Memalukan, Masih Layakkah Menyandang Gelar Kehormatan?

30 Mei 2017   09:17 Diperbarui: 30 Mei 2017   09:26 2281
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.



selama masih berstatus manusia,setiap orang tidak luput dari godaan/dokumentasi pribadi

Masih Layakkah Panggilan Kehormatan Disandang,Bila Tersandung Kasus Memalukan?

Panggilan kehormatan,sesungguhnya dapat berperan untuk menjadi alaram bagi diri kita,sebagai pengingat,diwaktu kita tergoda untuk melakukan hal hal yang dapat mempermalukan diri sendiri dan orang orang yang berada dalam lingkungan kita. Semisalnya,saya panggilan kehormatan yang secara pribadi saya terima adalah :

  • Opa
  • ayahanda
  • papa
  • Om
  • Guru
  • Grand Master

Sebuah panggilan kehormatan,yang secara jujur,saya merasa tersanjung. Bayangkan betapa banyak cucu non biologis saya,walaupun sebagian mungkin  menggunakan sebutan :"Opa" sekadar bersopan santun,tapi tidak sedikit yang menyatakan,menganggap saya dan istri,sebagai pengganti Opa dan Oma .Masih ada yang dengan setulus hati memanggil kami dengan sebutan :" Ayahanda dan Ibunda tercinta" dan bukan sekedar basa basi,tapi menghadiahkan kami batik tulis yang sangat mahal. Sebuah keharuan yang mendalam,bukan karena hadiah nya,tapi karena ketulusan yang memberikan. Apalagi yang memberikan adalah beda suku,beda latar belakang,bahkan kami berbeda agama. Sebuah rasa syukur yang sangat luar biasa,kami mendapatkan tempat dihati begitu banyak orang.

Bahkan kami mendapatkan kiriman dari luar negeri,yang ongkos pengirimannya saja sudah luar biasa mahalnya. Semua ini,karena orang sungguh menganggap kami adalah pengganti Opa dan Oma mereka.

Di komunitas yang saya pimpin sejak 19 tahun lalu, saya dipanggil dengan sebutan Grand Master.Setiap kali kami berkunjung,semua fasilitas disediakan,mulai dari hotel dan seluruh keperluan kami.Mendapatkan tempat terhormat,menjadi Pembicara tunggal. Apa yang saya bicarakan dianggap petuah dan dicatat. Sebuah apresiasi yang luar biasa,tapi juga sebuah tanggung jawab moril,yang harus dipertanggung jawabkan.

Setiap Orang Berpotensial Tergoda

Sehebat apapun ibadah seseorang,yang namanya manusia ,tetap berpotensi untuk bisa tergoda. Tergoda untuk meraih popularitas,tergoda karena jabatan, harta dan yang tidak kalah dahsyatnya adalah tergoda oleh wanita.

Siapa bilang,kalau sudah tua tidak bisa tergoda atau mengoda? Sejujurnya,saya selalu menjaga jarak dan mengingatkan diri saya ,bahwa saya adalah orang yang sudah dianggap Opa dan Guru. Agar jangan sampai saya terjerumus dan tergoda atau malah mengoda orang . Siapa berani menjamin,bahwa orang yang sudah tua,tidak bisa mengoda?

Perlu Mawas Diri

Karena itu sangat perlu kita mawas diri. Panggilan kehormatan untuk diri kita,seharusnya membuat kita semakin mawas diri dan membuktikan bahwa diri kita memang layak dipanggil :"Ayahanda,Papa,Opa dan Grand Master". Sekali saja kita tergelincir,apalagi tersangkut perkara yang memalukan,maka masihkah berani kita menyandang panggilan kehormatan tersebut?

Di usia yang sudah melangkah memasukki angka  75 tahun, walaupun ada yang memasukkan saya dalam kategori :"sudah bau tanah" atau " sudah sepuh" atau "manusia tak berdaya".sejujurnya saya selalu mawas diri. Karena saya memahami,bahwa dalam usia ini,saya masih bisa tergoda dan mengoda.makanya  selalu menjauhkan diri, untuk tidak melakukan chatting chattingan,khususnya dengan wanita yang bukan anak cucu kami. Karena saya takut tergoda atau menggoda! 

Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun