Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tortora Bersarang Hingga Menetas di Dapur

25 Mei 2017   17:32 Diperbarui: 25 Mei 2017   17:59 862
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

semua foto adalah kiriman dari Margaretha di Padova -Italia

Merasa Aman ,Burung Tortora Bertelur Hingga Menetas di Dapur

Pagi tadi saya dapat kiriman WA dari adik kami Margaretha ,yang bersuamikan Sandro orang Italia. Keduanya tinggal di kota Padova, yang hanya berjarak lebih kurang 30 menit berkendara  dari Venezia.Margaretha, sewaktu kecil,cukup lama tinggal bersama kami. Karena itu kendati secara formal,adalah adik kami,tetapi sesungguhnya sudah kami anggap sebagai anak kami sendiri. Begitu juga sebaliknya. Setiap kali kami berkunjung ke Italia,kami tinggal selama sebulan dirumah Margaretha dan Sandro. Dan selama sebulan, kami hampir tidak dapat kesempatan untuk mengeluarkan dompet,karena sudah ditraktir oleh keduanya.

img-20170524-wa0024-5926af9dd57e618f30bd4960.jpg
img-20170524-wa0024-5926af9dd57e618f30bd4960.jpg
Kembali Ketopik

Gambar yang dikirimkan adalah gambar burung Tortora,yang kalau ditengok dari penampilannya di gambar ,sejenis burung Perkutut di Indonesia. Ada gambar telur di tatakan cerek ,hingga telurnya menetas dan gambar anak anak burung yang sangat lucu.

img-20170524-wa0026-5926b07ed57e61f635bd4961.jpg
img-20170524-wa0026-5926b07ed57e61f635bd4961.jpg
Menurut orang yang hobbi burung, harga burung Perkutut,jauh lebih mahal ,dibandingkan dengan harga seekor Tekukur,walaupun penampilannya ,bagi orang awam,tidak dapat dibedakan.. Harga burung Perkutut yang sudah pandai ,bisa jutaan rupiah,sedangkan harga burung Tekukur atau disebut "burung balam" bisa dibeli dengan harga 50 ribuan rupiah. Tapi saya  bukan hobbi pelihara burung,,karena itu bagi saya ,burung itu sama saja .Yang membedakan adalah besar kecil dan kemampuannya untuk bernyanyi.

img-20170524-wa0025-5926afed8623bd612d4b3328.jpg
img-20170524-wa0025-5926afed8623bd612d4b3328.jpg
Burung yang paling tidak saya sukai adalah burung Gagak. karena suaranya menyeramkan,kayak bunyi  kuntilanak lagi menangis.Sudah jelek,jahat lagi,karena suka mematuk biji mata orang.

Dibawah gambar ada catatan : "Semua gambar ,saya foto sendiri. Burung ini awalnya sering ke dapur kami .Karena tidak mengotori ruangan,maka tidak kami usik. Ternyata pasangan ini menjadi betah tinggal di sana ,hingga bertelur dan menetaskan anak anak mereka.Kalau di Italia ,disebut burung Tortora. " tulis Margaretha.

Terpikir oleh saya,ternyata burung burung tersebut ,memiliki kepekaan yang cukup tinggi,sehingga merasakan bahwa kehidupan mereka akan aman di dapur adik kami..Bahkan mereka berani mempertaruhkan anak anak mereka juga tinggal disana

img-20170524-wa0031-5926b0c79593737e784b76bd.jpg
img-20170524-wa0031-5926b0c79593737e784b76bd.jpg
Apakah mungkin di Indonesia juga bisa demikian? Saya tidak dapat menjawabnya. Karena ada rasa kuatir, kalau ada burung yang nekad masuk kedapur salah satu penduduk di Indonesia, maka pasangan ini,mungkin tidak sempat memadu kasihnya di dapur orang,Apalagi hingga bertelur dan menetaskan anak anak mereka,yang butuh waktu sekitar dua minggu. Jangan jangan di jam pertama mereka nekad masuk kedapur,maka pasangan ini, akan tetap didapur,tapi berpndah tempat kedalam kuali ,karena dijadikan  burung dara goreng.

img-20170524-wa0029-5926b12982afbd974e0c0aaa.jpg
img-20170524-wa0029-5926b12982afbd974e0c0aaa.jpg
Tapi ,tiba tiba saya ingat kata kata bijak yang mengatakan, kalau ada yang berbuat demikian,adalah sangat tidak elok bila men generalisir,bahwa semua orang akan  menggoreng burung yang masuk ke dapurnya. Pasti akan ada yang juga berbelas kasih dan membiarkan burung burung memadu kasih di dapur mereka,hingga bertelur dan menetas.Namun  untuk menemukan orangnya,mungkin ibarat mencari jarum dalam tumpukan jerami.

Memperhatikan seluruh rangkaian gambar, dapat dibayangkan betapa jinaknya kedua pasangan ini,sehingga Margaretha dapat memotret dari jarak dekat,proses dari mulai bertelur,mengerami telurnya ,hingga kedua anaknya menetas dan bertumbuh menjadi besar. Ternyata kedua pasangan ini,memiliki naluri yang sangat tajam,sehingga berani mempertaruhkan hidup mereka dan anak anak mereka,dengan bertelur dan menetaskan anak anak mereka di dapur Margaretha. Karena merasa yakin,mereka akan selamat disini,di dalam rumah manusia.

Ironisnya, kita di tanah air sendiri,yang sama sama didiami manusia ,malahan ketika keluar rumah,menjadi was was,karena kuatir akan menjadi korban,seperti yang terjadi di Kampung Melayu,Jakarta.

Tjiptadinata Effendi

Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun