Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Habis Gelap, Datanglah Badai

24 Mei 2017   09:05 Diperbarui: 24 Mei 2017   09:24 1441
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mungkin saja kita bisa berkotbah panjang lebar,agar tampak :"wise " bagi orang banyak,tapi seandainya,terjadi pada diri kita,maka belum tentu "wise" itu dapat dipertahankan,termasuk diri saya sendiri.

Saya memimpin dua organisasi yang bersifat nasional,karena memiliki perwakilan di puluhan kota,hingga saat ini. Banyak orang yang memandang saya,sebagai orang tua yang :'wise" dan sudah banyak makan asam garam dan merasakan betapa pahitnya empedu kehidupan.Tapi sejujurnya, terkadang saya juga bisa menjadi rapuh dan hampir hampir kehilangan keseimbangan diri,Bersyukur ,ada istri yang selalu membangunkan saya dari mimpi mimpi buruk kehidupan.

Menjaga Agar Rasa Simpathy dan Empathy Tetap Awet

Mendengarkan kisah kisah kelam kehidupan orang lain,mampu membuat rasa simpathy dan empathy kita tidak tergerus oleh berlalunya waktu Dan menjaga,agar kita jangan cepat cepat men justice orang lain,berpikiran pepsimis atau negatif.Karena ada begitu banyak hal dalam kehidupan ini,yang tidak dapat dimatematikakan,betapapun pintar dan cerdasnya kita.

Karena itu,tidak salah ada frasa:"Yesterday  is a history,to-day is a gift dan to-morrow is a mystery." Tak ada orang yang tahu apa yang akan terjadi pada masa depan,even no one knows what will happen for to-morrow.Cause to-morrow ,is a mystery.

Kita jalani hidup dengan rasa syukur, karena hari ini kita masih hidup, Tetaplah tabah berusaha dan menunggu. Jangan pernah menyerah, karena menyerah,berarti putus asa Dan orang yang sudah putus asa,sudah menutup jalan hidupnya sendiri.Percayalah,walaupun sehabis gelap,masih ada badai lagi,yakinlah badai pasti akan belalu,tapi belum tentu secepat maunya kita.Bisa jadi bertahun tahun. Kami sendiri,mengalami badai kehidupan dan harus menunggu 7 tahun lamanya,baru badai itu berhenti .Bersyukur,setelah itu mentari kehidupan kami mulai bersinar.

Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun