Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kalau Tidak Bisa Membangun, Janganlah Merusak

22 Mei 2017   07:40 Diperbarui: 22 Mei 2017   09:05 1067
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


ilustrasi penulis : www.depositophotos.com

Kalau Tidak Dapat Membangun, Janganlah Menghancurkan

Secara phisik,tidak semua orang memiliki kemampuan untuk membangun .Baik membangun rumah.membangun jembatan ataupun membangun sarana tempat bermain. Kalau kita tidak memiliki kemampuan untuk ikut membangun atau karena berbagai alasan tidak dapat berperan serta ,setidaknya, kita dapat ikut menikmatinya. Jangan sampai sudah tidak ikut membangun,malahan menghancurkan apa yang sudah dibangun dengan susah payah.

Di zaman kini, membangun tidak hanya dalam keartian phisik dan kasat mata,tapi membangun dapat dilakukan dalam segala hal .Misalnya :

  • membangun pikiran  positif
  • membangun sikap toleransi
  • membangun jembatan atasi perbedaan
  • membangun sikap tenggang rasa
  • membangun sikap terbuka terhadap kritikan
  • membangun jembatan persahabatan
  • dan seterusnya dan seterusnya

Membangun dalam arti yang luas,dapat dilakukan dengan memberikan contoh hidup yang positif, sikap hidup ,tutur kata ,bahasa tubuh dan melalui tulisan kita.

Mengapa Tulisan Dapat Menjadi Jembatan?

Bila kita  membaca surat kabar atau membaca majalah, maupun karya tulis secara online, tak terpikirkan oleh  kita untuk menyelidiki terlebih dulu, siapa penuisnya. ? Suku atau etnis mana ? Atau apa agama yang dianutnya? Karena bagi kita, kalau tulisannya bagus dan bermanfaat, tidak peduli siapa penulisnya,maka kita akan terus melanjutkan untuk membaca hingga selesai.

Seperti juga kata pribahasa:" Jangan melihat siapa yang berbicara,tapi dengarkanlah apa yang dikatakannya"  Walaupun frasa ini,bisa jadi mengundang berbagai kontroversi,tapi secara logika sederhana,walaupun yang berbicara adalah seorang tokoh agama,tapi kalau apa yang dikatakannya bersifat menghasut dan tebar kebencian,maka tinggalkanlah,jangan didengarkan.

Sebaliknya,walaupun seorang Pengamen,tapi kalau mengajak kita untuk menyukuri karunia Tuhan,maka tidak ada salahnya kita mendengarkannya. Seperti yang mungkin pernah saya tuliskan ,tentang seorang Pengamen ,yang bernyanyi dengan lirik :" Look at me ,I have nothing,but if I die to-day,Praise the Lord,Cause I have got a cup of capucinno"

Betapa sederhana cara berpikirnya,tapi begitu dalam maknanya. Ia yang belum sarapan dan tidak punya harta apapun,mampu mengajarkan kita,bahwa hidup adalah karunia Tuhan yang patut disyukuri,bukan diisi dengan keluh kesah melulu ataupun meratapi nasib sepanjang hari

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun