Terkadang muncul godaan,:"untuk apa sih terus hidup seperti ini? Bertahun tahun hidup dalam penderitaan dan penistaan. Kami dijauhi kerabat ,seakan kami sekeluarga adalah penderita penyakit menular,yang harus dijauhi. Teramat menyakitkan memang, Tapi bersyukur,doa doa yang tidak pernah kami lupakan,sungguh mengawal saya,agar tidak memilih jalan pintas,untuk mengakhiri segala penderitaan,yang rasanya sudah tidak kuat lagi,untuk dijalani. Hal ini menyadarkan saya,bahwa orang bunuh diri,bukan karena ingin mati,tapi ingin mengakhiri derita,yang sudah tak tertanggungkan lagi.
Di University of Life inilah kita  belajar dan memahami ,bahwa untuk dapat lulus perlu adanya kemampuan diri untuk menguasai dan menerapkan hal hal mendasar ,sebagai pedoman untuk melangkah. Memahami dan menyadari,bahwa IQ ,yang dikenal sebagai :"otak kiri" atau kemampuan berpikir  kritis saja tidaklah cukup untuk  menghadapi semua masalah hidup.Karena diperlukan EQ atau Emotional Quotient ,yang dimaknai dengan kecerdasan emosional. Yang diasosiasikan dengan otak kanan. Yakni mengendalikan emosi dalam menghadapi berbagai rintangan,yang dapat memicu meledaknya emosi ,agar jangan sampai menghancurkan segala sesuatu yang sudah dibangun dengan bersusah payah,hanya lantaran emosi yang tidak terkontrol. Memahami bahwa menyelesaikan masalah apapun dengan luapan emosional,akan selalu berakhir tidak baik,
Disinilah sikap mental kita diuji,yakni bagaimana mengontrol diri,hingga :"Yin dan Yang" yakini dua kekuatan dahsyat yang ada dalam diri kita dapat diseimbangkan .Dan tak kurang pentingnya adalah ESQ atau Emotional Spiritual Quotion,yang merupakan hubungan pribadi kita dengan Sang Mahapencipta,sesuai dengan jalur keimanan masing masing,
Dengan memadukan ketika unsur kekuatan yang ada dalam diri ,kita belajar untuk memahami dan menyadari,serta mengakui dengan jujur,bahwa tidak selalu penyebab kegagalan ataupun penderitaan kita adalah faktor eksternal atau berasal dari orang lain.Bisa saja terjadi,kita menemukan ,bahwa akar pemasalahan justru berada pada diri kita.Akibat kurang cermat dalam bertindak ,termasuk bertindak hanya karena dorongan emosi yang tidak terkontrol,serta  sering menunda nunda apa yang dapat dikerjakan pada hari ini.
Semoga tulisan kecil ini ada manfaatnya,bagi yang sedang mencari jati diri,atau sedang mencari turning point di dalam hidupnya. Bahwa hidup ini adalah proses pembelajaran diri tanpa akhir. Â Barang siapa yang berhenti belajar,maka ia tidak akan lulus ujian hidup di Universitas kehidupan ini.Karena itu jangan terpancang pada popularitas semu ,yakni pujian dan sanjungan yang diperoleh,padahal kewajiban yang seharusnya dilakukan ,baik terhadap keluarga,maupun kewajiban sebagai manusia,terabaikan.
Tjiptadinata Effendi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H