Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kemarahan Ibarat Api, Dapat Menghanguskan Diri dan Orang Lain

15 Mei 2017   07:39 Diperbarui: 15 Mei 2017   08:08 3221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mengendalikan kemarahan,adalah ibarat mengendalikan kendaraan yang sedang dikendarai,seperti mengurangi lajunya kendaraan Dan bilamana dianggap akan membahayakan ,mungkin memarkir kendaraan dan menenangkan diri,sebelum terus melanjutkan memacu kendaran dalam kondisi kemarahan menguasai diri.Jadi mengendalikan kemarahan,bukanlah berpura pura tersenyum atau berpura pura beramah ramah,melainkan  menyadari,bahwa membiarkan api kemarahan menguasai diri,akan dapat menghanguskan,tidak hanya diri sendiri,tapi juga dapat membakar dan menghanguskan hubungan baik yang selama ini dijalin dengan susah payah.Baik dengan lingkungan ,maupun didalam keluarga kita sendiri.

Kita Bisa Minta Maaf

Sesudah meluapkan dan memuntahkan kemarahan kita,baik dalam sikap,tutur kata,maupun lewat pesan WA ,kemudian kita menyesal dan minta maaf. Minta maaf adalah suatu hal yang patut diapresiasi,berarti dengan jujur,mengakui bahwa kita sudah berbuat sesuatu kesalahan,yang mungkin melukai hati orang lain.Tapi jangan lupa,minta maaf,tidak secara serta merta menyembuhkan hati yang sudah kita lukai.

Karena itu,sangat penting,sejak sedini mungkin dan dalam segala kesempatan,belajar menata diri,untuk jangan sampai dikendalikan oleh api kemarahan.Bila sedang marah,hindari berbicara dengan orang orang yang kita kasihi,karena wajah kita dan tutur kata,menebarkan energi negatif,yang tersembur dari hati yang sedang dikuasai kemarahan. Kata kata lemah lembut yang dicoba mengucapkannya dari hati yang sedang diamuk kemarahan,akan dirasa tawar dan tidak bergizi.

 Cobalah menggali lebih dalam lagi untuk menemukan akar dari kemarahan.Tanyakan kepada diri .mengapa kita  sangat marah dan temukan jawaban yang jujur.Mungkin saja penyebabnya hanyalah masalah sepele,seperti : merasa tersinggung,merasa tidak diperhatikan,merasa tidak dihargai ,merasa di hormati.Padahal mungkin saja,hal tersebut hanya karena kita sedang berada dalam kondisi sangat sensitif.

Jangan lupa,bukan hanya kita yang mempunyai masalah hidup,orang lain juga,siapapun adanya,pasti mempunyai masalah tersendiri .Bahkan mungkin masalah mereka ,jauh lebih berat dibandingkan dengan masalah yang sedang merundung diri kita.

Hidup Cuma Sekali

And last but not least,terakhir tapi tak kurang pentingnya,jangan kita lupa,bahwa hidup itu cuma sekali saja.Kalau kita isi dengan kemarahan,yang  akan melukai hati sendiri dan orang lain,kapan lagi kita dapat menikmati hidup ini? Hidup adalah karunia Tuhan yang teramat indah bagi kita.So enjoy your life!

Tjiptadinata Effendi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun