Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kalau Dulu, "Tumbal" Artinya "Potong Kepala"

11 Mei 2017   18:43 Diperbarui: 11 Mei 2017   22:36 2107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

foto tumbal Kepala kerbau ,yang ditanam sebelum membangun gedung ./foto amrususujud.blogspot.com

Berbicara Mengenai Tumbal

Belakangan ini, kosa kata :"tumbal",mendadak sontak,meroket lagi,setelah dalam jangka waktu yang sangat lama,hanya terdengar sayup sayup sampai.Akan tetapi tulisan ini,sama sekali tidak bermaksud menguilangi cerita yang sudah basi,apalagi menghubung hubungkannya  dengan maalah politik.Karena walaupun saya pernah selama dua tahun duduk di bangku kuliah,jurusan hukum  di Fakultas Hukum,Unand,yang dulu berlokasi didepan lapangan Dipo,kota Padang,tapi saya pengetahuan saya tentang hukum,sangat minin.

Tulisan ini,hanya sekedar merupakan ulasan ringan tentang kosa kata :"tumbal".Seingat saya,sewaktu saya masih duduk di bangku Sekolah Rakyat pada waktu itu, kata :"tumbal"adalah momok bagi anak anak.Setiap kali ada pembangunan gedung yang agak megah,maka orang tua sibuk,mengingatkan anak anak mereka,agar jangan keluar rumah,tanpa pengawalan orang dewasa.

Karena isu yang santer beredar,adalah bahwa :"orang rantai dilepas,"untuk memenggal kepala anak anak,guna dijadikan tumbal.Kata "orang rantai" ini,ditujukan bagi  orang yang dihukum penjara ,karena terlibar kasus pembunuhan. Nah,isunya, mereka ini dibiarkan bebas sementara,untuk memotong kepala anak anak,untuk dijadikan tumbal,bagi gedung atau jembatan yang akan dibangun.Bagi yang usianya sekitar 70 tahun,pasti masih ingat akan kisah horot yang berlangung belasan  tahun lamanya,

Menurut kepercayaan, kekuatan magis dari kepala manusia tersebut,memiliki kesaktian,untuk  menjaga agar gedung atau jembatan tidak runtuh.Sebagai anak anak,tentu saja ,kami takut,kepala kami dipenggal.Maka begitu mulai sore,jalanan dikampung sepi ,karena anak anak tidak lagi berani keluar pagar rumah.

Tumbal adalah seseorang yang diserahkan sebagai korban untuk suatu harapan tertentu.,yang  berkaitan erat dengan dunia mistik sehingga pembuktiannya sangat susah ditermukan,namun diyakini benar benar terjadi,walaupun  pemerintah,selalu membantah  hal tersebut.Di Kalimantan,suku Dayak,terkenal  sebagai Pemburu kepala Manusia.Yakni memburu kepala musuh dengan 'mengayau " kepala musuh,untuk dijadikan sesajian dalam upacara suku.

Diganti dengan Kepala Kerbau

Setelah berlangsung "ancaman tumbal"yang telah menteror anak anak dikota kota kecil dan dikampung kampung,baru belakangan ini,tumbal diganti dengan kepala kerbau.Tujuannya adalah sama,yakni agar  kekuatan  magis dari roh kerbau yang dipotong kepalanya tersebut,menjaga gedung atau  jembantan yang dibangun,agar jangan sampai roboh.

Dalam hal ini, bukan hanya orang  kampung,yang  selama ini dinilai masih kental dengan hal hal yang berbau magis,tetapi  juga berlangsung di kota kota besar,termasuk di Jakarta.Silakan melacak di google,untuk menemukan  jawabannya,yang  lebih rinci.

Tumbal Dalam  Keartian Lain

Di era digital ini,tumbal tidak lagi harus dalam bentuk kepala orang ataupun kepala kerbau. Karena  makna :" tumbal"sudah berkembang,menjadi "mengorbankan seseorang"ataupun mengorbankan diri sendiri,demi untuk  menyelamatkan kepentingan yang lebih besar. Misalnya,kalau ada bahaya yang mengancam keluarga  saya,maka saya siap untuk menjadi tumbal ,demi untuk keselamatan keluarga .Jadi kata tumbal,tidak identik lagi dengan potong kepala atau kematian,tapi bisa merupakan pengorbanan dalam bentuk lain

Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun