Keterangan foto: pohon yang tampak dibelakang papan yang bertuliskan Killing Tree adalah tempat anak anak dibantai dengan jalan dibantingkan di pohon./foto dok,pribadi
Sebutir Peluru,Terlalu Mahal ,untuk Satu Nyawa Manusia
Melakukan perjalanan wisata,biasanya orang mencari tempat tempat yang menarik dan menyenangkan hati. Akan tetapi sesekali,pelu kita mengunjungi tempat bersejarah,walaupun apa yang akan ditemui disana ,sama sekali tidak menarik,melainkan dapat membuat kita merinding..Namun kita perlu belajar dari sejarah dunia,dengan berkunjung ketempat bersejarah,bilamana ada kesempatan. Dua tahun lalu,saya dan istri menyempatkan diri untuk berkunjung ke ladang Pembantaian ,yang berada di Cambodia,yang dulu disebutkan Kamboja.
![killing-fiels-5-5909d5192123bd21318b4567.jpg](https://assets.kompasiana.com/items/album/2017/05/03/killing-fiels-5-5909d5192123bd21318b4567.jpg?t=o&v=770)
Begitu menapaki jalanan berumput di Kiling Fields “Choeung Ek” Cambodia, entah mengapa tidak tiba saya merasa merinding. Ditambah lagi bunyi musik sendu dan suara yang menceritakan tentang kebiadaban manusia ,lewat earphone yang dipinjamkan oleh petugas,seakan menghadirkan diri dalam suasana yang sangat mencengkam. Kendati kisah pembantaian tersebut sudah berlalu hampir 40 tahun yang lalu.
Tak terdengar suara pembicaraan pengunjung di saat ini, selain dari bunyi gesekan kaki yang melangkah pelahan di rerumputan liar yang tumbuh berserakkan disini. Seluruh pikiran dan hati ,sesaat seakan terbelenggu oleh suasana yang dicengkram oleh kesedihan. Walaupun yang tewas disini,sama sekali tidak ada hubungan kekeluargaan dengan kami,bahkan kenalpun tidak.
![killing-field4-5909d5c6947a615b048b4569.jpg](https://assets.kompasiana.com/items/album/2017/05/03/killing-field4-5909d5c6947a615b048b4569.jpg?t=o&v=770)
Menurut penjelasan yang disampaikan liwat rekaman ,sebutir peluru, dianggap terlalu berharga dibanding dengan jiwa manusia. Sehingga mereka dihabisi secara biadab dengan tombak, parang dan pentungan. Dan tidak sedikit yang dikuburkan hidup hidup.
Untuk menghabisi anak anak, cukup dengan dilemparkan ,dibanting ataupun dibenturkan dipohon besar, yang menjadi saksi bisu hingga saat ini,
The Killing Fields ini hanyalah salah satu yang paling terkenal diantara dari sekitar 300 ladang pembantaian yang ada di negeri ini, pada saat rezim komunis Khmer Merah (Khmer Rouge) berkuasa dalam kurun waktu antara tahun 1975-1979.
” Choeung Ek ini merupakan satu dari 2 tempat wisata yang paling mengerikan di Kamboja. Satunya lagi yaitu komplek penjara S-21 yang kini dijadikan museum yaitu Tuol Sleng Genocide Museum. The Killing Fields ini ,berlokasidi Distrik Komun Choeung Ek, Khan Dakor,yang berjarak lebih kurang 17 Km dari pusat kota Phnom Penh.
![killing-field-7-5909d60bd57e613b368b4567.jpg](https://assets.kompasiana.com/items/album/2017/05/03/killing-field-7-5909d60bd57e613b368b4567.jpg?t=o&v=770)
Pembantai 2 Juta Orang Dijatuhi Hukuman Seumur Hidup
Dua orang algojo pembantai 2 juta orang di Kamboja, akhirnya tertangkap dan dijatuhi hukuman seumur hidup. Seperti yang dapat dibaca pada Surat kabar,yang dipostingkan disini. Keduanya dinyatakan bersalah telah melakukan kejahatan kemanusiaanoleh Pengadilan Cambodia“Brother Number Two” bernama Nuon Chea, 88tahun dan seorang lagi adalah mantan Pemimpin Khiew Samphan , usia 83 tahun.
Keduanya dinyatakan terbukti bersalah dalam tuduhan berlapis,yang berkisar sekitar kejahatan kemanusiaan yang dilakukan oleh keduanya. Mereka adalah tangan kanan dari “Brother Number One” , sebutan untuk Pol Pot , Pemimpin Kmer Merah,yang sudah mati tahun 1998.Keduanya ikut merancang dan sekaligus bertindak dalam mengorganisir mesin pembunuh, yang telah menghabisi nyawa 2 juta orang selama priode 1975 hingga 1979. Lokasi Pembunuhan sadis ini dikenal di dunia sebagai “Killing Fields”, yang merupakan sejarah hitam negara dan bangsa Cambodia.
Semoga hal ini,menjadi pelajaran bagi dunia.
Tjiptadinata Effendi
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI