Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Kalau Disakiti, Apa Tindakan Kita?

1 Mei 2017   06:50 Diperbarui: 1 Mei 2017   14:21 1574
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

terkadang hidup terasa sangat gersang,seperti tandusnya padang pasir.Inilah hidup yang sesungguhnya,ada kalanya mulus dan menyenangkan,tapi tidak jarang menyakitkan dan terluka/foto dokpribadi

Kalau  Disakiti,Apa Tindakan Kita?

Pertanyaannya singkat,tapi untuk menjawabnya,tidak cukup dengan satu atau dua kalimat saja.Butuh penjelasan panjang lebar,bukan dengan maksud menggurui apalagi berkothbah,melainkan memang karena tidak tepat menjawabnya dengan satu kalimat.

Pertama,arti :"disakiti" tidak selalu berarti  disakiti secara phisik atau dilukai, tapi bisa juga yang disakiti adalah hati dan perasaan kita. Perasaan dan hati yang terluka,tidak lebih baik daripada terluka secara phisik.

Sikap Kita Tergantung Pelakunya

Bila tiba tiba saja ada yang menyerang dan melukai kita atau anggota keluarga ,maka sudah tentu kita bukan hanya boleh,tapi wajib melindungi diri dan keluarga kita terhadap siapapun yang mengancam keselamatan. Melawan habis habisan ,dengan segala kemampuan dan apa saja yang ada di depan kita. Karena kita dan keluarga kita, memiliki hak untuk hidup tenang ,tanpa diganggu oleh siapapun. Masalah kelak akan berperkara,adalah masalah lain.

Tapi bila orang lain menyakiti kita ,tanpa sengaja dan sudah minta maaf,serta bersedia mengganti biaya perawatan kita,apakah kita tetap akan membalas atau menuntutnya? Hal ini tentu saja terpulang pada kepribadian kita.

Atau ketika berdesakan didalam lift yang sempit ,tiba tiba kita merasa jari kaki kita seakan mau remuk,diinjak dengan sepatu hak tinggi,yang terbuat dari besi.Apalagi yang menginjak adalah ibu ibu yang bobot tubuhnya 80 kg,tapi sudah buru buru minta maaf,kepada kita,apa tindakan kita,? Apakah mau balas menginjak kaki si ibu atau menjotos wajahnya? Sebagai orang waras,pasti kita tidak akan melakukan hal ini.

Inilah yang membedakan antara manusia dan kucing. Kalau kita tanpa sengaja ,menginjak ekor kucing dan kemudian buru buru minta maaf,tetapi tetap saja kita dicakar.Karena hewan memiliki instink.disakiti,balas menyakiti,tiada kata maaf atau memaafkan.

Bila Pelakunya Adalah Orang Dekat Kita

Bila yang melukai perasaan dan hati kita adalah orang orang yang dekat dengan kita,yang kalau di lingkungan istana,disebutkan termasuk dalam :"ring satu" ,apa tindakan kita? Walaupun ia atau mereka tidak pernah mau minta maaf,apakah kita akan tega membalas menyakiti? Apalagi kalau yang menyakiti,adalah orang orang yang kita sayangi.

Karena itu,tidak mudah menjawab, apa tindakan kita ,kalau disakiti? Menurut saya, tidak ada orang di dunia ini,yang tidak pernah mengalami hal ini,hanya saja ,ada yang menyimpannya dan menjadikan rahasia pribadi ,hingga ajalnya dan ada yang mau menceritakan kepada orang lain,untuk dapat dipetik pelajaran hidup dari kejadian ini.Contohnya saya pribadi,sering menulis tentang kepahitan perasaan dan terlukanya hati,lantaran di sakiti sahabat baik ,yang disayangi.

 Bukan untuk menarik simpati ataupun empati dan juga bukan untuk meraih belas kasihan ,sebagai orang yagn dizholimi,melainkan untuk dapat dipetik hikmahnya oleh orang banyak. Bahwa uang ,dapat mengubah sahabat baik ,menjadi seperti Yudas Iskariot,yang menghianati gurunya sendiri.

Hanya Sebatas Renungan Pagi

Tulisan ini,tidak bertendensi apapun.Ditulis,karena saya barusan mendapatkan pertanyaan via What's App:"Opa,ketika hati kita dilukai,apa yang harus dilakukan?" .Maka saya termotivasi ,tidak hanya menjawab secara pribadi,tapi langsung saya postingkan disini,tentunya tanpa mengikut sertakan nama si pengirim WA

Hidup adalah sebuah pilihan .Kita berhak memilih:

melakukan pembalasan atau memaafkan

Semoga ada hikmah yang dapat dipetik dari tulisan kecil ini.

Wollongong,musim gugur

Tjiptadinata Effendi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun