Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hari Esok Belum Tentu Milik Kita

29 April 2017   18:40 Diperbarui: 29 April 2017   18:42 899
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari Esok ,Belum Tentu Milik Kita

Judul diatas seakan bernada pepsimis,seolah  kita akan mati besok. Tentu saja sama sekali tidak ada maksud menyumpahi siapapun,melainkan hanya sekedar sebuah refleksi diri,agar jangan pernah menunda nunda pekerjaan yang dapat dilakukan pada hari ini. Karena esok mungkin sudah terlambat.

Mengapa tiba tiba saya terdorong untuk menuliskan hal ini? Karena pernah melakukan kesalahan,yakni menunda.

Dicari oleh Guru SMP

Saya pernah dicari oleh Pak Albert (bukan nama sebenarnya)  Guru sewaktu masih di SMP.di kota Padang, Semenjak saya lulus SMP Frater dan masuk ke SMA Don Bosco,saya sudah tidak permah lagi ketemu,karena beliau sudah pindah ke Medan.

Kemudian ,kami kehilangan kontak, karena saya berpindah pindah rumah,sedangkan pada waktu itu belum ada HP dan email.

16 tahun kemudian

Ketika kami sekeluarga baru pulang dari Pekanbaru,pembantu Rumah Tangga kami,mengatakan bahwa ada yang datang kerumah dan mencari saya, Katanya pak Albert,Guru sewaktu saya masih di SMP. Beliau meninggalkan secarik kertas ,dimana ada catatan alamat ,bahwa Pak Albert menginap dirumah sanak keluarganya di Kali Kecil.

Tentu saja saya sangat senang, Guru yang sangat menyayangi saya, datang mencari saya,karena ingin bertemu. Tapi karena sudah hampir jam 10 malam dan saya sangat letih ,karena mengendarai sendiri kendaraan dari Pekanbaru,maka saya berpikir ,besok pagi saya akan kealamat yang diberikan.

Keesokkan Harinya

Pagi pagi saya sudah bersiap siap untuk mendatangi rumah dimana Guru saya menginap.Tapi ada rasa segan,bertandang dirumah orang pada jam 7 pagi,mungkin baru bangun dan belum mandi dan sarapan. Maka pada jam 8,00 baru saya mengendarai kendaraan menuju kerumah ,dimana beliau menginap.

Ketika saya ketuk pintu rumah,ada seorang wanita yang keluar,yang memperkenalkan diri sebagai Sisca , ponakan guru saya  Ia  langsung menyebut nama saya,padahal saya belum pernah kenal . "Om  Effendi ya,,aduh,sejak semalam ditunggu tunggu oleh pak Albert.hingga tadi pagi sebelum berangkat ke Bandara,masih celigak celiguk menengok,mungkin pak Effendi datang.Tapi karena sudah terlambat,akhirnya berangkat"

Lemas rasanya seluruh sendi sendi saya mendengarkan .Ada rasa penyesalan yang mendalam.Kalau tadi jam 7.00 saya sudah kesini,pasti masih sempat bertemu,walaupun sesaat.Saya minta alamat beliau di Medan dan langsung pamitan dengan rasa lesu dan penyesalan.

Pagi itu juga saya menulis surat ,dengan permohonan maaf,karena tidak menjumpai beliau,kemudian saya poskan dengan kiriman pos kilat.

Dua Hari Kemudian..

Pagi pagi sekali,ada yang mengetuk pintu rumah .Pintu dibukakan oleh Pembantu kami dan kemudian masuk kedalam,memberitahukan ,bahwa ada yang bernama Sisca minta bertemu. Saya langsung berjalan menuju ke pintu dan didepan pintu,tampak Sisca berdiri dengan mata sembab,sepertinya habis menangis. "Om..Paman Albert ,tadi malam mendadak meninggal,karena serangan jantung.Saya datang hanya untuk memberitahukan " kata Sisca dan langsung pamitan

Seakan tidak percaya akan pendengaran saya.Tapi tidak mungkin Sisca datang hanya untuk memberikan berita hoax. Saya sungguh merasa sangat terpukul dan menyesal. Karena sudah menunda dua kesempatan. Pertama ,kalau begitu dapat kabar dan malam itu juga saya kesana,pasti kami sudah bertemu . Kesempatan kedua, bila pagi pagi jam 7 ,00 saya sudah mendatangi rumah,dimana Guru saya menginap.pasti kami bisa bertemu ,walaupun sesaat.Penyesalan yang tidak dapat lagi diperbaiki,karena Pak Albert sudah pergi untuk selama lamanya.

Pelajaran Pahit

Karena itu,ketika bulan lalu,murid murid saya sewaktu di SD pingin bertemu, langsung saya iyakan untuk bisa bertemu.Saya sudah kapok untuk menunda apa saja yang dapat dilakukan pada hari ini. Karena ternyata kesempatan yang dibiarkan berlalu,belum tentu akan datang lagi.

Semoga tulisan ini ada manfaatnya bagi orang banyak,agar jangan pernah menunda. Karena menunda,berarti meniadakan kesempatan 'Sedangkan kesempatan ,belum tentu akan datang untuk kedua kalinya, Terkadang kesempatan hanya datang sekali saja! 

Tjiptadinata Effendi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun