Hargai Orang Lain,Sebagaimana Kita Ingin Dihargai
Mungkin pada saat ini,kita dalam posisi sebagai orang sukses,bahkan mungkin saja dalam kapasitas sebagai seorang Boss,tapi ketika berinteraksi dengan siapapun,alangkah eloknya,bila kita menghargai orang lain,sebagaimana kita ingin dihargai. Tidak pedulu posisinya mungkin Cuma office boy atau mungkin juga Portir ,tukang angkat  barang di  bandara  Kerendahan hati ,tidak akan merngurangi wibawa atau prestise kita,malah sebaliknya ,kerendahan hati,menunjukkan ketinggian budi ,sesuai dengan manusia yang bermartabat.
Ada begitu banyak pelajaran hidup,yang dapat dipelajari ,kapan saja dan dimana saja, asal kita mau.Untuk memahami,bahwa hari ini berdiri didepan kita ,katakanlah seorang kuli,namun beberapa tahun kemudian,bisa jadi akan menjadi  Boss.
Pengalaman Teman Saya di Mataram
10 tahun lalu,Arif datang ke hotel Lombok raya dengan pakaian lusuh dan naik sepeda. Baru habis berkeliling kota ,untuk menjajakan roti yang dibuatnya sendiri. Ia sangat senang,karena kami menerimanya sebagaimana tamu tamu  lainnya,walaupun datang dengan sepeda dan hanya mengenakan kaus seadanya.
Beberapa tahun kemudian, secara luar biasa,nasib Arif berubah total,sudah menjadi Pengusaha Roti. Ketika kami landing  di bandara ,ternyata Arif sudah menunggu .Kami diajak naik sedan barunya dan sebelum menuju kehotel,kami diajak makan siang dirumah makan Padang. Setelah itu kami diajak ke Pabriknya,yang cukup luas.Karyawannya ada 17 orang, Ada kendaraan niaga untuk menjual roti dan beberapa sepeda motor. Tentu saja ,kami ikut berbahagia menyaksikan bahwa nasibnya sudah berubah total,berkat kerja keras dan doa Arif.
Kami diantarkan ke hotel dengan satu kardus roti ,sejenis roti Boy,yang rasanya tidak kalah dengan yang dijual seharga Rp.10.000.—di bandara. Setelah beristirahat dihotel ,malamnya kembali kami dijemput oleh Arif,untuk diajak makan malam.
Hari ketiga,ketika kami check out dan  mau melunaskan Bill hotel Lombok Raya, ternyata sudah dilunaskan oleh Arif. Luar biasa.Pemuda yang dulu datang dengan sepeda dan berkaus ,kini datang menjemput kami dengan kendaraan baru,mengajak kami makan dan melunaskan biaya kami menginap dua malam di hotel berbintang. Karena merasa,ketika kondisinya dalam morat marit,kami menerimanya dengan rasa hormat. Dan  inilah yang membekas dalam hatinya.
Nama yang saya tuliskan adalah nama yang sesungguhnya,karena tidak ada hal hal yang sifatnya pribadi,yang harus di samarkan.
Semoga tulisan ini,ada manfaatnya,setidaknya mengingatkan, untuk menghargai siapapun,seperti kita ingin dihargai,tanpa menengok kaya miskin nya orang yang  ada dihadapan kita.
Tjiptadinata Effendi