Surat Kartini, Yang Membuat Kita Tersentak
"Alangkah bahagianya laki-laki, bila istrinya bukan hanya menjadi pengurus rumah tangganya dan ibu anak-anaknya saja, melainkan juga menjadi sahabatnya, yang menaruh minat akan pekerjaannya, menghayatinya bersama suaminya. Ini bila dia tidak angkuh dan picik pandangannya. "( Cuplikans Surat Kartini kepada Prof. G.K. Anton dan Nyonya, 4 Oktober, 1902 /sumber : forum lintas batas)
Membaca kata demi kata, dari sebait cuplikan surat Kartini,sungguh membuat kita tersentak.Sebuah harapan Kartini,yang juga menjadi harapan kita bersama,yakni menempatkan wanita ,yang menjadi istri kita,bukan hanya sebatas mengurus rumah tangga,tapi menjadi sahabat ,dimana suami istri menjadi mitra hidup yang sesungguhnya.
Tanpa bermaksud mengeyampingkan peran para Pahlawan wanita yang lainnya,artikel ini saya tulis,karena surat surat yang ditulis oleh Kartini,lebih dari satu abad lalu,tetap uptodate untuk dijadikan bahan renungan .Bukan hanya oleh kaum wanita,tapi menurut saya ,juga untuk kaum Pria. Karena bila kita membaca dengan seksama dan mencoba memahami apa yang tersurat dan tersirat dalam surat surat tersebut,sungguh sungguh merupakan sebuah pelajaran hidup bagi kita semuanya.
Karena tidak hanya mengangkat harkat dan martabat kaum wanita,tetapi mengangkat harkat dan martabat kita dan anak anak yang terlahir dari kita. Tanpa perlu diplintir plintir atau dianalogikan kiri kanan,isi surat Kartini,sangat jelas dan gamblang. Langsung ke sasarannya,yakni mengajak para wanita dan pria menyadari kedudukannya,terutama sebagai orang tua.
Apa yang dituangkan oleh Kartini dalam surat suratnya,bukan sebatas merupakan konsumsi kaumnya,melainkan melibatkan kita semuanya. Visinya yang jauh melampau zamannya,menyebabkan kendati surat suratnya dibuat sudah lebih dari satu abad lalu,namun tetap uptodate untuk disimak dan di aplikasikan dalam kehidupan nyata
Dibagian lain ,ada satu kalimat dari suratnya kepada Ny,Abendanon 8/1900
“Kita dapat menjadi manusia sepenuhnya, tanpa berhenti menjadi wanita sepenuhnya.”
Hanya satu kalimat,tapi tajam dan menusuk,yakni menjadi wanita seutuhnya. Sebuah pelajaran hidup bagi kaumnya,agar setinggi apapun pencapaian yang diraih,jangan sampai melupakan kodratnya sebagai wanita seutuhnya. Boleh jadi pemikiran Kartini ini,oleh wanita karir,dianggap sudah usang atau tidak lagi relevan untuk diperbicangkan,apalagi di aplikasikan dalam kehidupan yang serba digital ini.Tentu saja setiap orang berhak untuk memiliki penilaian penilaian tersendiri dan tak seorangpun didunia ini,berhak untuk mengintervensinya..Akan tetapi setidaknya ,lewat surat suratnya,Kartini sudah mengingatkan kaumnya ,agar betapapun pencapaian yang berhasil diraih,agar tetap tidak melupkan kodratnya sebagai wanita.
Cuplikan surat surat Kartini ini saya dapatkan di blog Forum Lintas Batas dan saya sungguh tidak paham,apakah forum ini merupakan sumber resmi dari surat surat Kartini atau tidak. Yang saya pahami adalah bahwa saya mengutipnya dari Forum Lintas Batas.
Selamat Menyongsong Hari Kartini