Saat ini ,saya lagi duduk menikmati secangkir capucinno,yang disediakan istri tercinta,sambil duduk menghadapi laptop. Mendengarkan bunyi brisik di pepohonan eucalyptus yang tumbuh di depan rumah .Tampak puluhan ekor burung kakaktua,yang berwarna putih ,hinggap dan memenuhi hampir setiap cabang pohon dan mengeluarakan bunyi yang brisik. Ternyata burung burung ini juga termasuk ,burung yang bernuasa sara,karena hanya mau berteman dengan sesama warna putih saja.
Terpikir oleh saya,,manusia juga ada yang memiliki sifat seperti ini, Â Cukup banyak orang ,kalau berteman musti pilih pilih mana yang disukai dan mana yang tidak? Padahal bukan dalam rangka seleksi penerimaan karyawan,ataupun seleksi mencari calon mantu.
Malahan ada orang yang membuat jarak untuk tidak berteman dengan orang orang yang dianggap tidak selevel dengan dirinya. Kalau levelnya direktur,maka teman temannya juga setidaknya dari kalangan pengusaha. Diluar itu dianggap nggak level dan bilamana terpaksa berkenalan,hanya mengulurkan ujung jari ,untuk bersalaman.
Hal ini juga berlaku terhadap sanak famili ,yang dianggap tidak selevel,dengan dirinya,sama sekali tidak dianggap.Mungkin kuatir ,kalau ketahuan ada hubungan kekeluargaan dengan orang miskin,akan menodai martabatnya di depan masyarakat.
Hidup Itu Bersifat Dinamika
Sesungguhnya ,hidup itu adalah proses pembelajaran diri tanpa akhir. Belajar memahami,bahwa hidup bersifat dinamika,bergerak dari waktu kewaktu dan dari satu sudut kesudut kehidupan lainnya. Hari ini,mungkin didepan kita berdiri seseorang dengan status office boy atau sebut saja kuli. Bisa jadi sepuluh tahun kemudian, nasibnya berubah dan ia menjadi pengusaha,bahkan bisa jadi jauh lebih sukes daripada kita.
Ini bukanlah hasil imaginasi ,melainkan secuil dari pengalaman hidup saya sendiri.Ketika kami masih tinggal dipasar kumuh,selama bertahun tahun,tidak pernah ada satupun undangan yang datang untuk kami. Termasuk ketika kerabat dekat kami,menikahkan anaknya,nama kami tidak masuk dalam daftar undangan.
Kebetulan si Om lewat didepan kedai kami dan dengan menebalkkan kulit muka,saya bertanya:" Om,anaknya mau nikah minggu depan ya?" Dengan harapan,si Om akan mengatakan :" O yaa., datang ya nanti".Namun ternyata yang saya dengarkan adalah sesuatu yang tidak terbayangkan."Benar,anak Om mau menikah minggu depan,tapi maaf ya, Om tidak bisa undang,karena tempat terbatas."Bagaikan tersambar petir,saya hanya bisa terdiam ,dengan wajah pucat".Ternyata tidak ada tempat untuk orang miskin seperti kami.
Bukan Hanya Musim Yang Berubah,Nasib Orang Juga Bisa Berubah
Bukan hanya musim yang bisa berubah,dari musim dingin ,menjadi musim semi,tapi nasib manusia juga bisa berubah. Kelak setelah menjalani masa masa sulit ,selama bertahun tahun,akhirnya nasib kami berubah total. Putra pertama kami menyelesaikan Master of Computer Sciense dengan predicate Magna Cumlaude di California State University. Kemudian pulang ke Padang dan menikah.
Sebagai ungkapan rasa syukur dan didukung oleh usaha kami yang sedang dalam masa keemasan,maka ketika merayakan pesta pernikahan putra pertama ,kami mengundang sebanyak mungkin orang yang kami kenal,disamping sanak famili, Termasuk orang orang yang dulu,tidak penah mengundang kami. dan  si Om yang merupakan kerabat kami.,walaupun pada saat itu ia sudah jatuh bangkrut