Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tengoklah ke Bawah, Jangan ke Atas!

15 April 2017   18:05 Diperbarui: 16 April 2017   03:00 983
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Tengok Kebawah ,Jangan Keatas!

Kalimat singkat ini memiliki makna mendalam. Dalam keartian sesungguhnya, berjalan dengan pandangan mata kebawah,akan mencegah kita terjatuh. Karena bila  berjalan, sambil hidung mendongak keatas dan mata tidak memperhatikan jalan, maka kemungkinan besar ,akan tersandung krikil dan jatuh.

Berjalan dengan dagu terangkat keatas, secara tidak langsung akan menimbulkan rasa antipati atas diri kita,karena sikap ini adalah mengimplementasikan  keangkuhan diri.

Tetapi sesungguhnya,ada pesan mendalam yang tersirat,yakni dalam perjalanan hidup,tengoklah kehidupan orang orang yang jauh berada dibawah kondisi kita.Bahkan ada jutaan orang yang kurang beruntung,karena hidup dengan anggota tubuh tidak lengkap. Baik karena terlahir seperti itu,maupun yang dalam perjalanan hidupnya mengalami petaka dan menjadi penyandang cacat dan disebut difabel.

Lebih jauh, dengan menengok kebawah,mata hati kita akan terbuka dan kesadaran diri kita akan tergugah,bahwa ternyata ada begitu banyak orang yang hidupnya,jauh lebih menderita ketimbang diri kita. Dibandingkan dengan derita yang mereka alami, maka penderitaan kita menjadi tidak ada apa apanya.

Menengok kebawah,akan melambungkan rasa syukur kita,bahwa hidup kita, walaupun jauh dari berkecukupan,namun dapat hidup dengan layak,Ada tempat untuk berteduh dari hujan dan bernaung dikala teriknya sinar mentari, Sementara ada banyak orang yang harus hidup dibawah atap,yang terbuat dari kardus bekas  dan makan apa saja.

Mencairkan Hati Kita yang Membeku

Mungkin saking merasa kita paling malang dan paling menderita,secara tanpa sadar menyeret kita menjadi manusia yang apatis.Bersikap masa bodoh terhadap kehidupan yang berkembang disekeliling kita. Karena yang ada dalam pikiran dan hati kita,adalah bahwa diri kita atau keluarga kitalah yang paling malang

Dengan menyaksikan kehidupan orang yang hidup dibawah kolong jembatan atau yang berkamarkan kardus bekas,kita baru menyadari,bahwa hidup kita masih jauh lebih baik. Kami sudah mengalaminya selama tujuh tahun lamanya dan baru sadar diri ,setelah berkunjung kepanti orang orang cacat.

Untuk Mengubah Sikap Mental, Tidak Perlu Ikut Kelas Motivator

Untuk mengubah sikap mental, tidak perlu bayar mahal mahal hanya untuk ikut kelas motivator. Cukup dengan menerapkan pedoman sederhana yakni : "Look down,don't up!" Tengoklah kebawah, jangan keatas, maka sikap mental kita akan berubah. Tidak yakin? Cobalah pratikkan,pasti berhasil

Hidup dengan menyaksikan kehidupan orang yang jauh dibawah kita,akan menyadarkan kita,bahwa sesungguhnya ada banyak hal ,yang patut disyukuri,ketimbang dijadikan keluh kesah sepanjang hari. Orang yang mengisi hidupnya dengan berkeluh kesah,menunjukkan ketiadaan rasa syukur,

Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun