Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pahit? Jangan Langsung Dimuntahkan!

13 April 2017   12:35 Diperbarui: 13 April 2017   12:56 397
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pahit? Jangan Buru Buru Dimuntahkan.

Pahit,jangan buru  buru dimuntahkan,kalau terasa manis,jangan pula cepat cepat ditelan.  Nah,frasa ini sudah terkesan kuno,tapi kalau disimak,masih tetap uptodate untuk di jadikan pedoman dalam menjalani hidup ini. Karena ada kalanya,kita ditegur atau mendapatkan kritikan pedas,terasa pahit dan tidak jarang menyakitkan.Tapi bisa jadi hal ini perlu bagi kita,untuk mengingkatkan kita melakukan introspeksi diri.

Begitu juga dengan pujian dan sanjungan,yang tidak jarang membuat orang menjadi terbuai dan lupa diri. Padahal sanjungan yang tidak disikapi secara arif,dapat berubah menjadi racun bagi diri kita. Karena dapat menyebabkan kita lupa diri dan merasa diri paling hebat,paling benar dan paling populer

Perlu Kedewasaan Dalam Bersikap

Orang disebut dewasa,bukan hanya berpatokan pada usianya,melainkan pada kematangan dan kedewasaan dalam cara bersikap dan berpikir.OrAtang yang sudah matang,secara kejiwaan tidak akan gampang terombang ambing  seperti kanak kanak. Kalau menengok prilaku anak anak,begitu ditegur atau dimarahi,terus menangis atau ngambek. Sangat responsif.

Orang yang sudah matang dalam kejiwaan,akan bersikap tenang,menghadapi kritikan yang tajam,maupun sanjungan yang memabukkan.  Mencoba menganalisa dan melakukan introspeksi diri. Kalau memang ada yang tidak pas atau salah,mengapa tidak diperbaiki? Dan bilamana kita mendapatkan pujian atau sanjungan,seharusnya membuat kita berpikir,apakah memang benar diri kita patut disanjung? Karena bisa jadi pujian yang diberikan kepada kita,hanya sebatas karena rasa hormat kepada kita,atau hanya sekedar untuk menyenangkan hati.

Kedewasaan Sikap Mental,Membuat Kita Tahu Diri

Kedewasaan sikap mental,menjadikan kita manusia yang tahu diri,untuk menerima saran dan kritikan,serta pujian dengan hati yang tenang . Dan sekaligus menjadikannya motivasi diri,untuk melakukan introspeksi diri.

Dengan jalan demikian,kita tidak akan mudah terombang ambing,akan hal hal yang merupakan faktor eksternal.Mendapatkan pujian,maka sebagai manusia,tentu saja kita senang dan mengucapkan terima kasih. Sebaliknya,bila ada yang memberikan saran dan kritikan kepada kita,tentu patut kita ucapkan terima kasih,karena ada orang yang mau memperhatikan kita.Anggaplah saran,kritikan dan pujian,merupakan sarana olah bathin.Karena sebagaimana tubuh phisik kita membutuhkan latihan yang bersinabungan agar senantiasa sehat walalfiat,maka bathin kita juga membutuhkan olah bathin,agar tetap sehat dan menjadi semakin kuat.

Sikap Timbal Balik

Kalau kita merasa tersakiti dengan kritikan yang tajam,maka hal ini juga merupakan proses pembelajaran diri bagi kita,untuik jangan pernah melakukannya terhadap orang lain,siapapun adanya.

Berikanlah pujian,yang setulusnya,  pujian  dari lubuk hati yang terdalam, Karena apa yang disampaikan dari hati,akan dapat dirasakan juga dengan hati,Dalam kalimat lain,berbicaralah dengan hati,maka  orang akan mendengarkan dengan hati.Sebaliknya, pujian yang terlalu berlebihan ,seharusnya menjadikan kita ssadar diri,bahwa ada bahaya terselubung,dalam pujian tersebut,

Pengalaman Pribadi

Menceritakan pengalaman pribadi,bukan untuk mendapatkan rasa simpati ataupun untuk mengoyak luka lama.melainkan sekedar berbagi,bahwa orang yang terlalu memuji dan menyanjung diri kita,biasanya ada maksud terselubung. Dan saya sudah mengalaminya. Orang yang setiap kali bertemu selalu memeluk dan memuji saya,justru adalah orang yang menyebabkan saya masuk tahanan di Polda Surabaya.

Karena itu hati hatilah terhadap yang bersikap over,untuk menghindari,agar jangan sampai membayar uang sekolah teramat mahal,seperti yang saya alami.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun