Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kematian Itu Datang Tidak Berdasarkan Sistematika dan Logika

1 April 2017   15:22 Diperbarui: 4 April 2017   18:25 907
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

alm, pak Wayan Parnata ,memakai topi dan jaket /tjiptadinata effendi

Kematian itu Datang Tidak Berdasarkan Sistematika dan Logika

Ada begitu banyak pelajaran ilmu hidup yang dapat dipelajari,yang membuktikan bahwa hidup itu ,sungguh sungguh merupakan misteri. Yang tidak terjamah oleh nalar dan kemampuan berpikir manusia,serta tidak mematuhi alur logika ,serta sistematika.

Kalau mengacu pada logika,maka orang yang akan meninggal terlebih dulu adalah orang yang sudah tua renta, terbaring tidak berdaya,bahkan bernafaspun membutuhkan alat bantu.Tetapi ternyata kenyataannya , tidaklah seperti itu. Sahabat baik kita,yang rasanya baru saja makan bersama dengan kita,masih muda dan gagah,tiba tiba saja dapat berita,bahwa sahabat kita sudah dipanggil Tuhan.Sementara kita tahu persis,disudut jalan didekat pasar,ada orang gila yang sudah hidup disana sejak bertahun tahun lalu,makan yang dipungut dari tong sampah,tapi ternyata masih tetap hidup.Hal ini membuktikan ,bahwa memang benar, kematian itu datang,bagaikan pencuri di malam hari. Dan pencuri juga bekerja tidak menurut logika,karena tidak jarang ,rumah yang dimasukkinya bukanlah rumah mewah,seperti yang disangkakan banyak orang,melainkan rumah rumah sederhana.

timika-3-58df61b5147b61d005eac0a7.jpg
timika-3-58df61b5147b61d005eac0a7.jpg
Jadi Renungan dan Pelajaran Hidup

Pada akhir tahuh lalu,tepatnya pada tanggal 25 November,2016, kami masih bersama sama dengan sahabat baik kami pak Wayan Parnata di Timika. Diajak jalan jalan dan sempat kami berfoto bersama di Freeport . Malamnya kami diajak makan kepiting Papua,yang seekornya sebesar piring. Bahkan  Pak Wayan menjanjikan, tahun depan kami akan diajak makan udang selingkuh,yakni yang tubuhnya dalam bentuk tampilan seekor udang,tapi jepitannya ,persis jepitan kepiting,

Tak ada tanda tanda ataupun firasat,bahwa hari itu adalah hari terakhir kami bertemu dan malam malam bersama. Tak terbayangkan bahwa malam itu,merupakan the last 'supper bagi pak Wayan Parnata.

Kami kenal dengan Pak Wayan Parnata,sudah sejak lama ,semasa beliau masih menjadi Kepala Dinas Sosial di Abe Pura. Satu satunya orang,yang mampu bertahan hingga dua periode sebagai Kepala Dinas Sosial di Abe Pura.

Orangnya jujur dan sangat senang bersahabat dengan siapa saja. Kecintaannya terhadap tanah Papua,bukan hanya sebatas lips service,tapi sungguh sungguh dibuktikannya,dengan mampu bertahan hingga memasukki masa pensiunnya.

Tadi Malam

Tadi malam,kami dapat berita dari anak pak Wayan, yang bernama Dian ."Bapak dirawat di Rumah Sakit Bethesda di ruang  gardenia. Kondisi terkadang ngedrop dan tidak dapat di ajak berkomunikasi"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun