Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menjaga Ketulusan Cinta Dalam Hidup Berkeluarga

30 Maret 2017   20:54 Diperbarui: 4 April 2017   18:16 1649
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

berani menatap mata pasangan ,tanpa berkedip,adalah salah satu bukti ketulusan cinta kita, /tjiptadinata effendi

Sebelum berlanjut membicarakan tentang langkah langkah apa yang perlu diterapkan dalam menjaga agar hubungan antar pasangan hidup kita, selalu berlandaskan ketulusan,alangkah baiknya, dipahami terlebih dulu ,apa yang dimaksudkan dengan kata :"tulus"

Karena setiap kata ,selalu mengandung multi tafsir,kendati di aplikasikan dalam kehidupan berumah tangga bagi suami dan istri, tetap saja bepotensi ,terdapat perbedaan pandangan hidup tentang arti dan makna tulus.

 Kata:" tulus" tidak dapat dimatematikakan,karena memiliki ruang tersendiri dalam diri setiap insan. Arti tulus bagi kita,belum tentu sama dengan "tulus" bagi orang lain. Karena itu seringkali makna "tulus" ini menjadi bias dan tidak lagi memiliki energi yang sakral. Hampir setiap orang mengaku tulus,tapi masing masing memiliki persepsi tersendiri,tentang arti dan makna tulus.Tidak jarang kita mendengarkan pembicaraan tentang tulus,yang membuat kening kita berkerut.

Misalnya ,ketika seorang suami mengataka kepada istrinya:"Sayang, aku sudah bekerja mati matian siang dan malam,dengan setulus hati. Hargai dong, ketulusan ku. Rapikan rumah dan anak anak,sehingga ketika aku pulang ,dapat menikmati suasana rumah yang apik"

Nah, suami seperti ini tulus yang gimana pula? Tulus,tapi menuntut.,!?

 Mau membantu, tapi ada syaratnya,yakni :" kamu harus tenggang diriku" .Artinya kalau aku menolong kamu,maka kamu juga seharusnya menolong aku. " Bah.sungguh sungguh penistaan terhadap kata tulus ini. Atau :"Aku mencintai kamu dengan setulus hati dan segenap jiwaku.Jadi ,tolong dong ,bantu aku melunasi hutang hutangku.Perhiasanmu kan banyak".Lagi lagi .kata :"tulus" dinodai habis habisan.

 Sebegitu buruknya,sehingga ,bisa jadi begitu mendengarkan kalimat:"Aku mencintai kamu dengan setulus hati". maka yang mendengar akan senyum senyum beruk saja. Karena kata :"tulus " sudah tercemar dan kehilangan marwahnya.

Cinta Yang Tulus Itu Tidak Menuntut

Disaat saat kehidupan dilandar penderitaan,maka saat seperti ini adalah merupakan ujian baik bagi suami,maupun bagi istri.Ujian tentang seberapa tulus cinta antar mereka.Seberapa kuat mereka mampu mempertahankan ketulusan cinta ,akan diuji oleh perjalanan waktu.

Sebagai kepala Keluarga, maka adalah sangat wajar,bila tanggung jawab terhadap kelangsungan hidup anak dan istri berada di pundak kita. Kerja keras ,siang dan malam,termasuk ketika kondisi tubuh sedang sakit, sungguh sungguh membutuhkan ketulusan yang sudah mangakar didalam hati dan jiwa. Ketulusan cinta ,tidak akan menuntut,pasangan hidupnya. Ketulusan cinta,tidak akan melakukan intimidasi terselubung kepada istri ,dengan menceritakan secara berkelebihan tentang apa saja yang sudah dikerjakan ,demi untuk menunjang kehidupan keluarga.

Sesumbar dengan mendramatisir,betapa menderitanya diri ,dalam mencari uang untuk menghidupi keluarga,sesungguhnya bukanlah ungkapan dari hati yang tulus.Tetapi terlebih ingin memberikan tekanan terselubung kepada istri,untuk lebih menghargai dirinya dan  memperlakukan dirinya sebagai pahlawan dalam rumah tangga

Dalam kata lain,karena sudah berbuat banyak sepanjang hari untuk keluarga,sudah kerja keras dan menahan penderitaan,maka secara halus menuntut agar diperlakukan secara istimewa ketika sedang berada dirumah

Penyebab Terjadinya Keretakan Hubungan Suami istri

"Pamer" diri yang sudah bekerja keras sepanjang hari, bila sudah terlanjut menjadi senjata andalan,agar kalau sudah pulang kerumah,jangan juga diminta tolong ini dan itu,lama kelamaaan akan menjadi bumerang dan menjadi akar keretakan hubungan suami dan istri'

Karena kesabaran manusia tentu ada batasnya.Begitu juga,istri yang setiap hari di kotbahi tentang kerja keras dan penderitaan yang dialami sepanjang hari, suatu waktu akan menjadi titik ledak dalam keretakan rumah tangga .Karena ada saatnya istri dalam kondisi kurang sehat dan letih,terus masih dikuliahi oleh sang suami tentang :"ketulusan cinta" nya dengan bekerja keras sepanjang hari, suatu waktu akan menyebabkan kesabaran istri meledak.

"Mas, bukan cuma mas yang kerja keras. Mama juga sejak pagi mengurusi anak anak,mencuci piring dan pakaian, membersihkan rumah,mengepel kamar mandi dan mempersiapkan makan malam. Sejak pagi hingga malam,mama belum sempat beristirahaa agak sejenak. Tugas kita beda mas,tapi kita berdua sama sama bekerja keras. "

Nah,sudah dapat dibayangkan, suami yang sudah keenakan setiap pulang kerja memberikan kuliah gratis,sambil menikmati secangkir kopi yang disediakan istri,kini mendapatkan giliran untuk mendengarkan kuliah balasan dari sang istri.

Karena itu,alangkah baiknya, masing masing orang melakukan kewajibannya dengan tulus hati,tanpa perlu gembar gembor setiap hari. Karena secara tanpa sadar akan memicu reaksi keras dari pasangan hidup .Hindarilah bermain politik dalam rumah tangga. Jalanilah hiduip dalam cinta kash yang tulus.Karena diatas segala galanya,yang terindah dalam hidup ini adalah mencintai dan dicintai dengan sepenuh hati.

Agar Dapat Mencapai Tahap Ini Diperlukan:

  • saling menghargai
  • saling menghormati'
  • jangan ada sekat
  • jangan ada rahasia
  • selalu mengedepankan :" kita"
  • demi untuk kita dan anak anak kita
  • saling memberikan contoh teladan
  • jangan menuntut
  • dan seterusnya

Semoga ada manfaatnya.

Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun