Sejak saat  itu saya berjanji  didalam hati,kelak bila saya ada uang,saya tidak pernah akan bagikan kepada orang miskin dan tidak pernah akan memberikan ke gereja. Dan hingga usia saya menua,janji pada diri saya tidak pernah saya langgar. Hanya istri saya yang selalu memasukkan sesuatu kekantong kolekte bila ke gereja.
Apakah hal ini dosa atau tidak,tentu adalah urusan saya dengan Tuhan. Karena secara pribadi saya memiliki keyakinan,bahwa Tuhan itu Mahakayaraya dan tidak membutuhkan sumbangan dari manusia. Â Orang menyumbang dalam jumlah besar,agar namanya disebut sebut di mimbar,tentulah menjadi haknya dan tidak seorangpun yang berhak melarangnya.
Kemarin,saya coba mengubah sifat jelek saya tersebut.Sudah saya genggam lembaran 10 ribu,tapi kemudian saya kantongi lagi dan setibanya di apartement,saya kasihkan kepada  cleaning service,yang menerima dengan hati berbunga bunga,walaupun cuma segituan.Karena itu,kalau saya selalu mengatakan bahwa diri saya bukanlah tipe manusia yang agamis,yang menghafal dengan sangat baik seluruh ayat ayat kitab suci, sejujurnya ,saya hanya mampu mengingat satu saja ayat ,yakin kasihilah sesamamu manusia,seperti kamu mengasihi diri sendiri, Satu ayat ini saja, rasanya belum mampu saya aplikasikan dalam hidup ini,walaupun usia sudah menginjak ke angka 74 bulan mei yang akan datang.
Sejujurnya,saya tidak tahu,mau ditempatkan dimana tulisan ini,makanya saya tumpangkan saja di kanal cerpen ,semoga tetap ada manfaatnya.
Tjiptadinata Effendi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H