Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Wisdom On The Bus

17 Maret 2017   18:02 Diperbarui: 17 Maret 2017   18:13 293
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Wisdom On The Bus

Kalau lazimnya, orang menulis tentang topik yang berjudul :"Wisdom on the air" ,tapi tulisan ini menggunakan judul :" Wisdom on the bus".Bukan karena hanya sekedar ingin tampil beda,melainkan benar benar di ketik ketika bus sedang melaju dengan kencang menuju ke Pulau Penang.

Tadi siang, kami diantarkan oleh Bas Pesiaran ,dari Lobby Hotel First World,menuju ke stasiun bus . Disini kami ganti kendaraan dan tepat waktu pada Jam 2,15  tadi ,kami  berangkat dengan bus PJQ9859,dari Gening Highland. Menurut informasi dari Konter ,perjalanan akan menghabiskan waktu sekitar 5 jam dan 40 menit,sehingga diperkirakan kami akan tiba di Pulau Penang, sekitar jam 20.00 atau jam 8 .00 malam.

Ponakan kami dari Penang sudah sejak tadi menelpon dan menanyakan ,jam berapa kami tiba dan dimana bus akan berhenti dan menurunkan para penumpang,agar dapat menjemput kami bertiga.

Ada Beberapa Catatan Penting

  • Bus berangkat tepat waktu
  • semua barang penumpang di simpan dibagasi bagian bawah bus
  • penumpang tinggal menyerahkan barang bawaan dan diurus oleh kenek
  • semua barang menumpuk jadi satu,tanpa ada tanda tanda pengenal
  • hanya masing masing penumpang,yang tahu mana  yang barangnya
  • menurut supir ,belum pernah ada barang yang hilang

Gerbong Sunyi

  • Menapakki kaki di atas bus ini,tampak kursinya ,menyamai kursi first class di pesawat
  • kasurnya empuk dan tebal,dan dapat diatur untuk dapat berbaring nyaman
  • kaki bisa diselonjorkan secara penuh
  • kapasitas tempat duduk,maksimal 27 seat
  • begitu duduk di dalam,terasa air condition cukup menggigit
  • selanjurnya tidak ada tv dan tidak ada suara brisik apapun
  • persis sama dengan gerbong sunyi Kereta api di Australia
  • tak tampak tulisan larangan ini dan itu
  • tapi sungguh tak ada suara dan tak ada penumpang iseng menyalakan musik di HP
  • tak ada lagi yang berbicara antar sesama penumpang
  • dan pasti tidak ada yang merokok

Turun untuk Refreshing

Ditengah perjalanan,bus berhenti di parkiran Rest Area dan para penumpang turun untuk refreshing. Ada yang ke toilet,berbelanja ataupun sekedar refreshing.Tak ada pengumumkan ,berapa lama .tapi secara hampir serentak,semua penumpang,kembali ke bus

Tidak ada penumpang yang makan dan minum,selama di perjalanan.padahal tidak ada larangan,tertulis,maupun larangan verbal.

Selama turun dan naik ke bus,mata saya mencola melirik kelantai bus,tapi sungguh tak tampak sepotong sampah ataupun kertas dilantai  Pikiran saya secara refleks terkoneksi dengan bila naik bus di negeri kita,Ada menyelip rasa "iri hati" menengok ,betapa masyarakat disini sudah tidak lagi membutuhkan papan larangan dan  ancaman denda,unuk tidak merokok,tidak buang sampah sembarangan,jangan meludah,jangan makan dan minum di dalam bus dan seterusnya,,

Dan berharap,kesadaran dari masyarakat kita,jangan sampai kalah dengan kesadaran yang dikedepankan oleh warga negeri tetangga kita. Karena di tahun 60 an,Malaysia berguru kepada Indonesia. Masa iya, guru kalah dari mantan muridnya dalam hal kesadaran untuk menjaga kebersihan lingkungan,,ketertiban dan menjaga kenyamanan dan keamanan bersama.

Tulisan ini,tidak dapat menampilkan foto pendukung ,karena  sudah berkali kali dicoba,tapi tidak berhasil.Padahal bus ,memiliki kapasitas free Wifi ,all day.Yang penting catatan perjalanan sudah dapat terposting,walaupun tanpa gambar pendukung

Bus Travel. 17 Mare.2017

Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun