Penyandang Cacat,Bukan Sebuah Kehinaan
Keberadaan orang orang Penyandang cacat yang disebut dengan istilah : "Difabel" atau : "disable", pada umumnya dipandang rendah. Dicuekin, bahkan tidak jarang menjadi olok olokan anak anak. Seakan orang difabel itu adalah badut yang lagi beraksi. Padahal bukan maunya mereka seperti itu.
Saya jadi ingat ,ketika tahun lalu kami berkunjung ke Vietnam,ternyata orang orang difabel disini berkerja .Walaupun bidang yang ditekuni berbeda,tapi mereka berkerja ,seperti halnya orang orang lainnya.Jadi tidak terlunta lunta ,menunggu belas kasihan orang lain.
Kalau di Indonesia ada Panti Jompo, maka di Vietnam ada Panti khusus orang Difabel.Disini mereka dididik untuk mandiri dengan mengukir potongan piring pecah,menjadi karya seni yang bernilai tinggi. Kami berdua beruntung dapat masuk dan menengok ke dapur,dimana mereka sedang menekuni pekerjaan.
Piring piring pecah ini, dicuci dan dikeringkan. Kemudian dipotong menurut alur pecahnya,sehingga praktis yang terbuang hanyalah bagian bagian kecil dari pinggiran piring pecah yang di rapikan.
Dalam waktu kurang dari satu jam, piring pecah yang semua sama sekali tak menarik dan tak berharga sepeserpun Sesudah di finishing touch lewat furnishing, kini berubah ujud menjadi benda seni yang mengaggumkan dan memiliki nilai jual yang tinggi.
Semua pekerja disini, rata rata adalah penyandang cacat. Ada yang yang kakinya buntung.maupun yang tangannya buntung dan matanya cacat, Mereka adalah korban perang. Salah seorang dari antara mereka,cukup fasih berbahasa Inggeris dan dengan senang hati bercerita tentang kehidupan dan perasaan mereka.
"Dinegeri anda,mungkin barang barang seperti pecahan piring dan kulit telur,mungkin dianggap sampah dan dibuang ketempat sampah. Disini,kami dapat mengubahnya ,menjadi barang barang berharga jual yang tinggi." Katanya,sambil mata dan tangannya,terus sibuk menekuni pekerjaannya.
Lebih lanjut katanya:" Our destiny is almost the same with the broken plates. So do I, we are all disable here, but by worked very hard, we can change my life, from nothing to be an artist.” Kata pria setengah baya ,yang senang dipanggil Paul.
"Nasib kami, hampir sama dengan nasib piring piring pecah in Karena kami adalah penyandang cacat .yang mungkin dianggap orang tidak berharga.Tetapi dengan bekerja keras, kami bisa mengubah hidup kami, dari sosok yang tidak berguna, menjadi seorang Seniman.” Kalimat demi kalimat yang diucapkan dengan nada perlahan,tapi serasa sangat menusuk jauh kelubuk hati. Dan ketika ia menengadah, baru saya tahu,bahwa disamping kakinya buntung keduanya, matanya sebelah juga tidak dapat melihat. Kata Paul,terkena pecahan granat
Sejak saat itu, saya termotivasi untuk tidak pernah membuang waktu dengan duduk duduk melamun melainkan mengisi dengan berbagai kegiatan yang positif.yang kiranya ada manfaatnya bagi orang lain. Salah satunya adalah berbagi kisah kisah hidup,yang memiliki pesan pesan moral.
Tjiptadinata Effendi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H