Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kebebasan Berlebihan, Berpotensi Menjerumuskan

10 Maret 2017   18:37 Diperbarui: 10 Maret 2017   18:45 726
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi kebebasan yang kebablasan /dok,pirbadi

Terjadinya tindak kejahatan, bukan semata karena ada niat jahat dalam hati, melainkan karena ada kesempatan. Bahkan tidak jarang justru pada awalnya, orang sama sekali tidak mempunyai niat untuk berbuat kejahatan, justru setelah menengok kesempatan yang begitu besar maka ia tergoda untuk melakukan kejahatan.

Tidak ada orang yang terlahir sebagai orang jahat. Tetapi perjalanan hidupnya,pergaulan dan lingkungannya dan hidup dalam keluarga yang berantakan,dapat menjadi penyebab, seorang anak ,yang sewaktu masih kecil adalah anak yang baik dan patuh,tetapi setelah dewasa,berubah menjadi penjahat besar.

Percaya itu Baik,Tapi Mutlak Diperlukan Kontrol

Bayangkan, karena begitu besarnya kepercayaan kita kepada salah seorang karyawan,yang menunjukkan sikap dan prilaku yang santun dan jujur,maka kita mulai terlena. Memberikan kepercayaan seluas luas dan sebebas bebasnya. Kunci toko dikasihkan, stock barang tidak pernah dikontrol dan keuangan ,hanya berdasarkan kepercayaan.

Pada awalnya,semua berjalan dengan baik.Akan tetapi yang namanya manusia itu tetap saja mudah tergoda. Menengok setiap hari ada kesempatan dan tidak ada pengawasan sama sekali,maka godaanpun mulai merasuk kedalam dirinya. Mula mula mengambil barang barang kecil ,tapi karena berbulan bulan,boss tidak pernah menanyakan,maka mulai mengambil barang yang berharga.

inilah Kesalahan Yang Pernah Kami Lakukan

Inilah kesalahan yang pernah kami lakukan,sewaktu baru pindah ke Jakarta dan membuka toko alat alat tulis menulis dan perkantoran di bilangan Mangga Besar. Dua orang karyawan ,kami yang awalnya sangat santun..

Kemudian ,beberapa bulan kemudian,secara mendadak ,keduanya tidak masuk kerja . Dan  ketika dicari dirumah kontrakan,ternyat sudah lama pindah entah kemana. Baru sadar ,bahwa  ada sesuatu yang tidak baik telah terjadi. isi toko kami susun ulang,ternyata di gudang penyimpanan barang,hanya kotak kotak kardus kosong,sedangkan isinya sudah tidak ada lagi Ternyata  keduanya bersekongkol,mengerogoti stock barang yang ada. Caranya adalah menjual barang barangnya,tapi kotak kardusnya disusun ,seolah olah stock barang masih utuh

Pelajaran Berharga

Pasti kami sangat berang ,karena kepercayaan yang begitu besar diberikan,ternyata disalah gunakan.Tapi setelah merenung diri, dalam hati kecil ,saya merasa bersalah.Coba kalau kami melakukan kontrol secara berkala,mungkin keduanya tidak pernah akan tergoda untuk melakukan pencurian barang barang di toko kami. Tapi akibat kepercayaan yang kebablasan,maka seumur hidup mereka tidak pernah lagi akan punya muka untuk bertemu kami, Padahal berapalah harga barang yang dicuri,paling untuk hidup dua tiga bulan sudah habis dibelanjakan

Terbuai Manisnya Persahabatan

Saking akrabnya persahabatan,maka kita jadi lengah,sehingga menceritakan semua hal,termasuk rahasia dapur dari usaha kita. Akibatnya, sosok yang tadinya adalah sahabat baik kita,tergoda untuk melakukan tindak kejahatan,karena semua data dan rahasia dapur perusahaan kita ada ditangannya.

Dan yang telah memberikan adalah justru kita sendiri,karena terbuai oleh manisnya persahabatan dan rasa kekeluargaan,Maka terjadilah tindak kejahatan ,yang seharusnya tidak akan terjadi ,bila kita tidak gegabah dalam mengumbar semua hal,termasuk rahasia perusahaan kita.

Yang dapat terjerat oleh kepercayaan yang over dosis ,bukan hanya orang lain, tapi bisa jadi kerabat sendiri. Meminjamkan sertikfikat tanah atau menggadaikan slip gaji, dengan maksud untuk membantu kerabat kita yang lagi kesusahan, Tidak ada surat menyurat,karena sangat yakin ,bahwa ia tidak mungkin akan menghianati kepercayaan yang diberikan,

Tapi ternyata, hal yang kita anggap :” tidak mungkin “ itupun terjadilah. Akibatnya kita kehilangan dua kali,yakni kehilangan materi dan sekaligus kehilangan sahabat atau kerabat.Apapun yang namanya kebablasan,selalu berakhir tidak baik,bahkan tidak jarang menghadirkan petaka dalam hidup kita.

Oleh karena itu alangkah lebih baik,mencegah dari pada menyesali. Memberikan kepercayaan, harus ada batasan pertanggungan jawab.Ada takaran melakukan kontrol berkala ,untuk menutup sekecil apapun celah,yang dapat menyebabkan orang lain tergoda.

Hal Ini Juga Terjadi Dalam Kehidupan Berumah Tangga

Masih syukur,bagi kami berdua,bahwa yang hilang dicuri ,ditipu ,walaupun jumlahnya cukup besar,tapi dapat dicari gantinya, Yang tidak dapat dicari gantinya adalah ,akibat kepercayaan yang berlebihan kepada sahabat sendiri,akhirnya suami sendiri digaet sahabat baik. Kisah ini,sudah puluhan kali atau  mungkin ratusan kali kita dengar dan kita baca di Surat Kabar,tapi tetap saja banyak orang yang tidak mau belajar dari petaka yang menimpa orang lain.

Semoga tulisan ini ada manfaatnya bagi orang banyak, agar jangan sampai kelalaian kita, membuka peluang dan kesempatan, sehingga menjadi godaan bagi orang lain, yang mungkin saja semula tidak ada niat jahat terhadap kita

Introspeksi diri adalah jalan untuk mencegah terjadinya petaka dalam hidup kita dan hidup orang lain.

Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun