Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mari Memperbaiki Diri, Selagi Masih Ada Waktu!

4 Maret 2017   06:17 Diperbarui: 4 Maret 2017   16:00 1456
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejak  Dari Sononya  Saya Memang  Begini

"Sejak dari sononya saya begini ,mau diapakan lagi?"  Kalimat senada amat sering kita dengarkan ,walaupun diucapkan dengan gaya dan mimik wajah yang berbeda. Intinya adalah orang ingin memberikan konfirmasi,bahwa dirinya adalah memang seperti itu dan tidak mau berubah ataupun menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman.

Terbentuknya sikap mental semacam ini,boleh jadi karena merasa bahwa dirinya sudah benar dan tidak ada lagi yang perlu diperbaiki. Kemungkinan lain,adalah secara keliru menafsirkan kalimat:"Always be Your self". Padahal kalimat Always be your self adalah dalam konteks ,agar jangan sampai begitu terobesi atau terkagum kagum akan sosok seseorang yang menjadi idola,sehingga meninggalkan jati diri dan hidup dalam bayang bayang orang yang diidolakan.

Zaman Sudah Berubah

Zaman sudah berubah dalam hampir semua ruang kehidupan. Mulai dari hal hal yang tampaknya sepele,hingga menyangkut masalah masalah yang penting dalam kehidupan. Kalau tempo dulu , di kampung ,orang makan di Lapau,sambil mengangkat kaki kebangku dan makan dengan tangan,adalah hal yang lumrah.  Kemudian menyeka keringat dengan lengan baju ,meludah dilantai ,juga bukanlah hal yang tabu.

Tapi kini orang sudah mulai menata diri,walaupun mungkin masih banyak yang makan tanpa menggunakan sendok garpu dan hanya menggunakan tangan,namun tidak ada lagiyang menyeka keringatnya dengan lengan baju,karena sudah ada tisu atau sapu tangan. Juga tidak ada lagi yang meludah dilantai,dikedai manapun ,apalagi direstoran. Jadi secara bertahap, orang sudah mampu menyesuaikan diri,untuk menjadi manusia yang tertib.

Dulu orang mandi,dengan menggunakan sabun cap "Tombak" ,kini orang mandi sudah menggunakan sabun wangi dan shampoo.

Nah,bayangkan kalau dizaman kini,masih ada orang yang makan di rumah makan,sambil mengangkat sebelah kaki kekursi dan menyeka keringat atau mulutnya dengan lengan baju ,serta meludah disembarang tempat,apa saja kata dunia?

Kembali Ketopik

Kalimat "Sejak dari sononya saya begini" ,yang menunjukkan bahwa dirinya tidak bisa  berubah atau tidak mau berubah,tentu sudah bukan lagi sesuatu yang patut dipertahankan ,apalagi dibanggakan.

Mengubah sikap mental dan prilaku ,demi untuk menjadi semakin baik ,tentu bukanlah merupakan kelemahan diri  seseorang,tapi justru menunjukkan bahwa dirinya memiliki tingkat kecerdasan .Karena apa yang pada masa lalu dianggap adalah hal yang biasa dan diterima sebagai norma kehidupan yang wajar dalam masyarakat,boleh jadi kini sudah merupakan sesuatu yang memalukan. Seperti contoh kecil yang sudah dituliskan diatas.

Sejak bangun pagi ,dengan masih berselubung kain sarung,duduk di Lapau minum kopi ,sambil main domino dan tidak bekerja apapun hingga siang,sudah sejak lama ditinggalkan orang. Manusia harus mau berubah,demi untuk meningkatkan kehidupannya menjadi lebih baik,sehingga dengan demikian,ikut meningkatkan kehidupan masyarakat.

Kalimat Kalimat "Kebanggaan",Yang Masih Tersisa

Ada semacam kalimat kalimat "kebanggaan" yang masih tersisa hingga kini:

  • saya itu orangnya  memang begini
  • pokoknya saya maunya begini
  • yang penting bisa hidup
  • kalau sudah tua,anak cucu wajib merawat saya,untuk balas budi
  • yang penting diri saya,yang lain bukan urusan saya
  • dengan begini saya sudah bisa hidup,mau apa lagi
  • sudah tua mau apa lagi
  • dan seterusnya

Perlu Waktu Untuk Introspeksi Diri

Hidup itu bersifat dinamika,yang berarti bergerak dan berubah dari waktu kewaktu dan dari satu sudut kehidupan ke sudut kehidupan lainnya. Dan kita sebagai manusia,harus mampu menyesuaikan diri dengan perubahan  Zaman,tanpa harus kehilangan jati diri. Disinilah letaknya kearifan dalam menjalani hidup.

Benarkah kita sudah melakukan tugas kita sebagaimana seharusnya?

  • sebagai mahasiswa
  • sebagai suami
  • sebagai istri
  • sebagai ayah
  • sebagai ibu
  • sebagai pendidik
  • sebagai pejabat
  • Sudahkah kita memainkan peran kita ,sebagaimana yang dipercayakan kepada diri kita?

Kita selalu punya waktu untuk urusan yang sesungguhnya tidak ada manfaatnya,selain hanya mengikuti trend masa kini,mengapa kita tidak memberi waktu bagi diri sendiri untuk melakukan introspeksi diri?

Kalau bukan sekarang,kapan lagi? Kalau bukan diri kita yang mengubahnya,siapa lagi ?Tentu hanya kita yang berhak menjawabnya.Jangan menunda,karena menunda berarti meniadakan kesempatan bagi diri.Menunda untuk berubah,berarti menutup diri terhadap perubahaan, Jangan menunggu hingga esok,apa yang dapat dikerjakan pada hari ini,karena hari esok ,belum tentu milik kita.

Tjiptadinata Effendi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun